Pertumpahan darah terus terjadi di Myanmar. Aparat Myanmar menyerbu lokasi aksi protes antikudeta pada Rabu (7/4) ini, dalam operasi menjelang fajar, yang menurut media lokal menewaskan dan melukai beberapa demonstran. Sementara itu, para aktivis menentang tindakan keras berdarah dan blokade internet oleh junta militer yang berkuasa.
Myanmar telah berada dalam kekacauan sejak kudeta 1 Februari yang mengakhiri periode singkat demokrasi yang dipimpin pemimpin sipil, Aung San Suu Kyi dan memicu aksi protes dan pemogokan nasional. Junta militer menggunakan kekuatan mematikan untuk memadamkan aksi-aksi perlawanan tersebut.
Seperti dilansir kantor berita Reuters, Rabu (7/4/2021), seorang warga mengatakan bahwa kekerasan meletus ketika pasukan memasuki lokasi protes pada hari Rabu di kota Kale di wilayah Saigang, titik kerusuhan, di mana para demonstran menuntut pengembalian pemerintah sipil Aung San Suu Kyi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Outlet berita mengutip saksi yang mengatakan ada korban dan tembakan berulang kali. Outlet berita Mizzima mengatakan tiga orang tewas dan memposting gambar di Facebook tentang kobaran api di dekat kendaraan yang diparkir dan tentara-tentara bersenapan di jalan.
Warga Kale mengatakan, informasi itu diberikan kepadanya oleh para saksi, yang memotret lima jenazah. Reuters tidak dapat memverifikasi informasi tersebut secara independen.
Simak video 'Alasan Miss Grand Myanmar Minta Bantuan Dunia':
Sebelumnya pada hari Selasa (6/4), Dr Sasa, yang memimpin pemerintahan paralel sisa-sisa pemerintahan Suu Kyi, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa penasihat hukumnya akan menyerahkan bukti kekejaman militer ke berbagai badan hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Dia mengatakan pengacara untuk Komite yang Mewakili Pyidaungsu Hluttaw (CRPH) telah menerima 180.000 barang bukti dan akan bertemu dengan perwakilan dari mekanisme investigasi independen untuk Myanmar.
Sekitar 581 orang, termasuk puluhan anak-anak, telah ditembak mati oleh tentara dan polisi Myanmar dalam kerusuhan hampir setiap hari sejak kudeta. Pasukan keamanan juga telah menangkap hampir 3.500 orang, dengan 2.750 orang masih ditahan saat ini, menurut kelompok advokasi Asosiasi Tahanan Politik ( AAPP).