Kecelakaan kereta api di Taiwan menewaskan setidaknya 50 orang dan melukai lebih dari 170 orang. Kecelakaan pada hari Jumat (2/4) ini merupakan kecelakaan kereta api terburuk di Taiwan dalam puluhan tahun.
Kecelakaan ini disebabkan oleh tabrakan dengan sebuah truk yang tergelincir ke rel saat kereta memasuki terowongan sempit di dekat kota pesisir timur Hualien. Kereta tersebut, berangkat dari ibu kota Taipei ke Taitung, penuh dengan orang-orang yang bepergian untuk merayakan festival bersih-bersih makam (Qingming).
Kisah-kisah memilukan dialami sejumlah penumpang yang selamat dalam tragedi ini. Salah satunya, Chung Hui-mei yang merupakan satu-satunya yang selamat dari keluarganya yang beranggotakan empat orang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat kejadian, karena keretanya sangat penuh, wanita itu mendapatkan tempat duduk jauh dari keluarganya. Dia tidak berada di samping suami dan kedua anaknya pada saat kecelakaan terjadi.
Chung ingat kengeriannya saat menemukan tubuh tak bernyawa dari suami dan putranya saat dia berusaha mencari putrinya.
"Saya mencoba menemukan mereka, suami saya duduk di depan gerbong kedelapan," katanya kepada surat kabar Liberty Times di kamar mayat di Hualien.
Chung berkata dia memanggil putrinya dan mendengar jawabannya hanya sekali. Namun, setelah itu, sunyi sampai kemudian dia menemukan putrinya ikut meninggal dalam peristiwa itu.
Para pejabat mengatakan hampir 500 orang berada di kereta itu - 372 orang duduk dan 120 lainnya berdiri di lorong.
Chung mengatakan kereta itu tampaknya tidak mengurangi kecepatan sebelum terjadi kecelakaan.
Kondektur mulai membunyikan klakson lebih awal dan dia tahu ada beberapa situasi di depan tetapi dia tidak melambat, kata Chung. "Dia mengemudi dengan cepat sampai kereta menabrak terowongan," imbuhnya.
Simak juga 'Penampakan Truk Tabrak Madrasah di Garut, 2 Tewas':
Pihak berwenang mengatakan, kondektur kereta api dan dua staf kereta api lainnya termasuk di antara mereka yang tewas. Korban tewas termuda yang tercatat sejauh ini berusia enam tahun.
Kisah pilu juga dialami seorang wanita yang kehilangan suaminya dalam kejadian ini. Berbicara dari kursi roda di rumah sakit, wanita bermarga Yang mengatakan kepada Era TV bahwa dia dan suaminya sedang berdiri di daerah yang menghubungkan dua gerbong saat kejadian.
"Saya tidak langsung datang ke rumah sakit karena suami saya meninggal di tempat kejadian," katanya.
Dia ingat terdorong ke depan oleh kekuatan tabrakan itu dan mengatakan dia yakin tubuh suaminya menahan dampak tabrakan itu untuknya.
"Saya merasa linglung saat itu," katanya saat melihat suaminya terbujur. "Saya memegangnya tapi dia meninggal," tuturnya.