Otoritas Bangladesh melakukan pembelaan atas dibangunnya pagar kawat berduri di sekitar kamp-kamp pengungsi Rohingya. Saat kebakaran besar terjadi, pagar itu disebut menghalangi proses evakuasi dan membuat para pengungsi terluka.
Seperti dilansir AFP, Rabu (24/3/2021) kobaran api yang memusnahkan sekitar 10.000 gubuk pengungsi, adalah yang paling mematikan sejak lebih dari 740.000 Rohingya melarikan diri dari tindakan keras militer di Myanmar pada tahun 2017.
PBB, kelompok-kelompok kemanusiaan dan pemimpin Rohingya mengatakan bahwa pagar yang didirikan oleh militer Bangladesh itu menghambat evakuasi saat kebakaran dan menyebabkan pengungsi yang hendak menyelamatkan diri mengalami luka-luka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kebakaran hebat itu terjadi selama 12 jam hingga menghanguskan pondok-pondok babu yang menjadi tempat bernaung para pengungsi.
"Upaya penyelamatan terbukti terhambat karena keberadaan pagar perimeter," demikian pernyataan bersama dari PBB, serta Badan Bantuan Lokal dan Internasional.
"Dalam beberapa kasus, pengungsi sendiri memotong pagar untuk menghindari kebakaran," katanya.
Komisioner pengungsi Bangladesh, Shah Rezwan Hayat, menampik klaim itu dan mengatakan pembangunan pagar itu dilakukan dalam beberapa bulan terakhir di tengah situasi hukum dan ketertiban yang memburuk di lokasi tersebut.
"Saya tidak percaya pagar-pagar ini menghalangi upaya penyelamatan. Ada cukup jalan di kamp dan ratusan petugas kami, polisi dan sukarelawan ada di sana untuk menyelamatkan mereka," kata Hayat kepada AFP.