Badan Meteorologi Jepang atau Japan's Meteorological Agency (JMA) telah mencabut peringatan tsunami, sekitar satu jam setelah gempa bumi dengan Magnitudo (M) 7,2 melanda wilayah pantai timur laut negara itu. Gempa ini tidak menyebabkan kerusakan atau cedera langsung.
Namun, meski peringatan tsunami telah dicabut, JMA mengimbau warga untuk tetap menghindari daerah pesisir.
"Meski anjuran tsunami telah dicabut, beberapa perubahan permukaan laut mungkin saja terjadi. Mohon jangan pergi ke daerah pesisir," kata JMA seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (20/3/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Badan meteorologi tersebut menambahkan bahwa gempa-gempa lainnya mungkin kembali mengguncang di daerah yang sama, terutama pada minggu mendatang.
"Ini adalah area yang telah menyaksikan aktivitas seismik aktif yang berkelanjutan," kata seorang ahli seismologi JMA saat briefing yang disiarkan televisi secara nasional.
Sebelumnya, gempa bumi dengan Magnitudo 7,2 terjadi pada Sabtu (20/3) pukul 18:09 di perairan Pasifik di wilayah Miyagi, dengan kedalaman 60 kilometer (37 mil).
Ootoritas Radiasi Nuklir mengatakan tidak ada laporan kelainan di fasilitas-fasilitas nuklir daerah itu, termasuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi, yang lumpuh akibat gempa dan tsunami dahsyat 10 tahun lalu. Begitu pula dengan PLTN Onagawa dan berbagai fasilitas yang lebih kecil serta reaktor nuklir eksperimental.
Diketahui bahwa Jepang terletak di "Cincin Api" Pasifik, busur aktivitas seismik intens yang membentang melalui Asia Tenggara dan melintasi cekungan Pasifik.
Negara ini sering dilanda gempa dan memiliki peraturan konstruksi yang ketat, yang dimaksudkan untuk memastikan bangunan dapat menahan getaran yang kuat.