Serangan pesawat tak berawak (drone) memicu kebakaran di kilang minyak Arab Saudi. Serangan drone di Riyadh itu diklaim oleh kelompok pemberontak Houthi di Yaman.
Serangan pada Jumat (19/3) subuh waktu setempat itu adalah serangan besar kedua bulan ini yang dilancarkan kelompok Houthi terhadap instalasi energi Saudi.
"Kilang minyak Riyadh diserang oleh drone, mengakibatkan kebakaran yang berhasil dikendalikan," kata Kementerian Energi Saudi dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (20/3/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Disebutkan bahwa tidak ada korban yang dilaporkan dan pasokan minyak tidak terganggu akibat insiden itu.
Kementerian Saudi tersebut mengutuk keras "serangan pengecut" itu. Disebutkan bahwa serangan drone itu bukan hanya serangan terhadap kerajaan itu tetapi juga ekonomi dunia dan keamanan energi global.
Dalam sebuah pernyataan, pemberontak Houthi mengklaim telah menargetkan raksasa energi Aramco di Riyadh dengan enam pesawat tak berawak sebagai tanggapan atas "agresi brutal" dari koalisi militer yang didukung Saudi di Yaman.
Pemberontak Houthi terus meningkatkan serangan lintas-perbatasan di kerajaan itu, meskipun ada dorongan baru oleh pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden untuk menghidupkan kembali pembicaraan damai yang mandek.
AS mengutuk serangan itu sebagai upaya "untuk mengganggu pasokan energi dengan menargetkan infrastruktur Saudi".
Simak juga 'Pesawat Sipil di Arab Saudi Diserang Houthi':
"Perilaku ini menunjukkan kurangnya perhatian terhadap keselamatan penduduk sipil, baik yang bekerja atau tinggal di dekat lokasi," kata wakil juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Jalina Porter kepada wartawan.
Dikatakannya, pemerintah AS "sangat prihatin dengan frekuensi serangan terhadap Arab Saudi".
Serangan terbaru itu terjadi setelah Arab Saudi awal bulan ini mengatakan telah menggagalkan serangan rudal dan pesawat tak berawak di Ras Tanura - salah satu pelabuhan minyak terbesar di dunia - dan fasilitas Aramco di kota Dhahran di timur kerajaan.