Perdana Menteri Bulgaria Boyko Borisov pada hari Jumat (12/3) menghentikan sementara penggunaan vaksin COVID-19 AstraZeneca. Pengumuman ini dilakukan menyusul langkah Denmark, Islandia, dan Norwegia dengan alasan masalah keamanan.
"Saya memerintahkan penghentian vaksinasi dengan vaksin AstraZeneca sampai Badan Obat Eropa (EMA) menghentikan semua keraguan tentang keamanannya," kata Borisov dalam pernyataan layanan pers pemerintah, seperti dilansir AFP, Jumat (12/3/2021).
Isu mengenai pengaruh pembekuan darah terhadap vaksin AstraZeneca ditangkis oleh pihak terkait. Menurut pihak AstraZeneca, tidak ada bukti peningkatan risiko emboli paru atau trombosis vena dalam data keamanan yang dihimpun dari 10 juta orang dalam studi sebelumnya. Bahkan, ketika melibatkan sub kelompok berdasarkan usia, jenis kelamin, kelompok produksi, hingga penggunaan masing-masing negara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Faktanya, jumlah yang diamati dari jenis kejadian ini secara signifikan lebih rendah pada mereka yang divaksinasi daripada yang diestimasi terjadi di antara populasi umum," tambahnya.
Pada Minggu (7/3) AstraZeneca kembali menegaskan tak ada efek samping serius terkait vaksin mereka. Dikatakan, mereka sudah berbicara dengan otoritas Austria, dan akan mendukung penuh penyelidikan mereka.
Berbeda dengan negara-negara lainnya, Prancis mengambil keputusan tetap menggunakan vaksin AstraZeneca. Menteri Kesehatan Prancis Olivier Veran mengatakan, badan obat-obatan Prancis telah menasihatinya untuk terus menggunakan vaksin tersebut.
Badan obat-obatan Prancis telah mendesak Veran untuk mengikuti keputusan regulator obat Uni Eropa bahwa vaksin AstraZeneca masih aman digunakan.
"Tidak perlu menghentikan AstraZeneca," kata Veran dalam konferensi pers. "Manfaat vaksinasi pada tahap ini lebih besar daripada risikonya," imbuhnya.