Prancis akan terus menggunakan vaksin COVID-19 buatan AstraZeneca, meskipun beberapa negara Eropa menghentikan penggunaannya karena kekhawatiran akan pembekuan darah.
Diketahui bahwa Denmark, Islandia, dan Norwegia telah menangguhkan vaksinasi AstraZeneca terkait isu pembekuan darah tersebut. Namun, Menteri Kesehatan Prancis Olivier Veran mengatakan, badan obat-obatan Prancis telah menasihatinya agar tidak melakukan tindakan serupa.
Badan obat-obatan Prancis telah mendesak Veran untuk mengikuti keputusan regulator obat Uni Eropa bahwa vaksin AstraZeneca masih aman digunakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tidak perlu menghentikan AstraZeneca," kata Veran dalam konferensi pers seperti dilansir kantor berita AFP, Jumat (12/3/2021). "Manfaat vaksinasi pada tahap ini lebih besar daripada risikonya," imbuhnya.
Prancis berusaha keras untuk meningkatkan peluncuran vaksinasi dengan harapan menghindari lockdown (penguncian) tahap ketiga.
Veran mengatakan rata-rata harian infeksi baru Corona tampak stabil untuk Prancis secara keseluruhan, tetapi dikatakannya, angka tersebut menyembunyikan perbedaan regional yang besar.
Ile de France, yang mencakup Paris, wilayah utara Hauts de France dan selatan Provence-Alpes-Cote d'Azur adalah hotspot utama, katanya.
Jumlah pasien harian yang masuk ke perawatan intensif di wilayah Paris sekarang sangat tinggi sehingga rumah sakit berisiko kewalahan.
Veran mengatakan, lebih dari 1.000 pasien saat ini dalam perawatan intensif di wilayah Paris, jumlah yang bisa mencapai 1.500 pasien pada akhir Maret - sebuah "tingkat kritis" - dan sangat dekat dengan angka terburuk yang terlihat selama gelombang kedua Corona.
Oleh karena itu, pihak berwenang bersiap untuk mengevakuasi "lusinan atau bahkan ratusan" pasien perawatan intensif dari Paris dan pinggirannya ke daerah lain.
Secara nasional, sekarang ada lebih dari 4.000 orang dalam perawatan intensif, naik dari 3.555 orang pada awal bulan.
"Situasinya mencekam dan mengkhawatirkan," kata Veran. "Kita tidak tahu kapan yang terburuk akan berakhir, atau seberapa buruk hal itu akan terjadi," tuturnya.
Simak juga video 'Kontroversi Vaksin Nusantara Gagasan Eks Menkes Terawan':
Sebelumnya, Austria juga menyetop penggunaan vaksin AstraZeneca saat menyelidiki kasus kematian akibat gangguan koagulasi dan penyakit emboli paru. Namun, regulator obat Eropa (EMA) menyebut vaksin AstraZeneca memiliki lebih besar manfaat daripada risikonya, sehingga vaksinasi perlu terus dilanjutkan.
EMA mengatakan bahwa sejauh ini tidak ada bukti yang menghubungkan AstraZeneca dengan dua kasus pembekuan darah di Austria.
Begitu juga dengan otoritas Swedia yang meyakini tidak menemukan cukup bukti untuk akhirnya menghentikan vaksinasi Corona dengan vaksin AstraZeneca.
"Tidak ada indikasi bahwa vaksin menyebabkan jenis pembekuan darah ini," kata Veronica Arthurson, kepala keamanan obat di Badan Produk Medis Swedia, dalam konferensi pers.
Penjelasan AstraZeneca
Menurut pihak AstraZeneca, tidak ada bukti peningkatan risiko emboli paru atau trombosis vena dalam data keamanan yang dihimpun dari 10 juta orang dalam studi sebelumnya. Bahkan, ketika melibatkan sub kelompok berdasarkan usia, jenis kelamin, kelompok produksi, hingga penggunaan masing-masing negara.
"Faktanya, jumlah yang diamati dari jenis kejadian ini secara signifikan lebih rendah pada mereka yang divaksinasi daripada yang diestimasi terjadi di antara populasi umum," tambahnya.
AstraZeneca kembali menegaskan pada Minggu (7/3) kemarin, tak ada efek samping serius terkait vaksin mereka. Dikatakan, mereka sudah berbicara dengan otoritas Austria, dan akan mendukung penuh penyelidikan mereka.