Kondisi kesehatan warga China, Zhang Zhan, kian memburuk setelah melakukan aksi mogok makan demi memprotes perlakuan pemerintah China terhadapnya. Diketahui Zhang dibui oleh pemerintah China lantaran mengungkapkan penanganan awal virus Corona (COVID-19) di negaranya melalui video-video yang direkamnya.
Seperti dilansir AFP, Jumat (5/3/2021), salah satu pengacara Zhang yang enggan menyebut nama, menyebut kliennya telah menjadi 'simbol' dari upaya untuk mengungkap apa yang terjadi di China pada awal pandemi. Diketahui bahwa Zhang yang mantan pengacara ini, memutuskan pergi ke Wuhan dari Shanghai pada Februari 2020, setelah sebuah postingan online oleh seorang warga Wuhan memotivasi dirinya untuk mencari tahu kebenaran di balik wabah tersebut pada saat itu.
Salah satu video yang direkam Zhang menunjukkan pasien-pasien Corona terbaring di tempat tidur yang berjejer di koridor rumah sakit di Wuhan -- lokasi awal terdeteksinya virus mematikan ini. Video itu memberikan gambaran sekilas yang langka dan tidak dipoles dengan apapun soal situasi di Wuhan pada awal pandemi setahun lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam video lainnya, Zhang dengan tenang menghadapi seorang petugas keamanan yang menghampiri dirinya dan memerintahkannya berhenti merekam. "Itu hak saya untuk memantau pemerintah," ucap Zhang saat petugas keamanan itu berusaha merebut telepon genggamnya.
Postingan video yang direkam Zhang berujung pada nasib naas yang diterimanya. Wanita berusia 37 tahun itu ditahan pada Mei tahun lalu dan sekitar tujuh bulan kemudian, dia divonis empat tahun penjara atas dakwaan 'memicu pertengkaran dan memprovokasi masalah'.
Meskipun tindak kejahatan aslinya tampaknya diketahui karena dia mempublikasikan narasi pandemi yang tidak ingin diungkap oleh pemerintah China.
Di balik jeruji besi, kondisi kesehatan Zhang semakin memburuk. Dituturkan pengacaranya, Zhang melakukan aksi mogok makan dan diberi cairan melalui saluran hidung dengan tubuhnya diikat untuk jangka waktu yang lama. Kondisinya menjadi sangat kurus dan nyaris tidak bisa dikenal pada Natal tahun lalu.
"Dengan tidak makan, dia ingin memprotes perlakuan terhadap dirinya yang ilegal," sebut Zhang Keke, salah satu anggota tim penasihat hukum Zhang.
"Dia meyakini bahwa tidak makan menjadi cara untuk memberitahu pemerintah bahwa mereka salah," imbuhnya.
Kondisi kesehatan Zhang memburuk dan dirinya hanya bisa terduduk lemah di kursi roda, saat dihadirkan dalam sidang pada Desember tahun lalu. Meski begitu, dia masih bersikeras menentang pemerintah.
Selama sidang, dia hanya sedikit bicara dan menolak menjawab hakim yang memintanya untuk mengonfirmasi identitasnya. Meskipun menjadi simbol perlawanan di luar negeri, di dalam negeri Zhang menghadapi respons pro dan kontra.
Pada hari persidangannya, belasan orang dan para diplomat berkumpul di luar pengadilan untuk mendukungnya.
"Apa yang dia lakukan sama sekali tidak egois, sepenuhnya mengabaikan kepentingannya sendiri, dan semuanya demi kepentingan masyarakat," tutur pengacara Zhang lainnya, Ren Quanniu, kepada AFP.
Sementara itu, secara online, Zhang dituduh memiliki 'niat buruk' dan ditanyai siapa yang mensponsori dirinya.
Meski menghadapi kritikan dan kondisi kesehatannya memburuk, Zhang menolak untuk mengajukan banding atas vonis yang dijatuhkan pengadilan kepadanya.
"Dia meyakini seluruh sistem itu absurd. Zhang Zhan tidak akan berkompromi... (Dia mengatakan) bahwa dia tidak pernah sekuat ini tekadnya," sebut Zhang Keke soal kliennya.