54 Tewas, PBB Serukan Militer Myanmar Berhenti Bunuh Demonstran

54 Tewas, PBB Serukan Militer Myanmar Berhenti Bunuh Demonstran

Rita Uli Hutapea - detikNews
Kamis, 04 Mar 2021 19:16 WIB
Protesters hold images of ousted leader Aung San Suu Kyi during an anti-coup protest in Mandalay, Myanmar, Sunday, Feb. 21, 2021. Police in Myanmar shot dead a few anti-coup protesters and injured several others on Saturday, as security forces increased pressure on popular revolt against the military takeover. (AP Photo)
aksi demo antikudeta di Myanmar terus berlangsung (Foto: AP Photo)
Jakarta -

Sedikitnya 54 orang telah tewas dan lebih dari 1.700 ditahan sejak kudeta Myanmar pada 1 Februari. Demikian disampaikan Kepala hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) seraya menyerukan militer untuk "menghentikan pembunuhan" demonstran.

Hal tersebut disampaikan setelah aksi protes paling mematikan di Myanmar, dengan sedikitnya 38 orang tewas pada Rabu (3/3) dalam unjuk rasa di mana pasukan keamanan terlihat menembaki kerumunan demonstran.

Kepala HAM PBB, Michelle Bachelet mendesak pasukan keamanan untuk "menghentikan tindakan keras mereka terhadap demonstran damai".

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Militer Myanmar harus berhenti membunuh dan memenjarakan pengunjuk rasa," kata pejabat PBB itu dalam sebuah pernyataan seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (4/3/2021).

"Benar-benar mengerikan pasukan keamanan menembakkan peluru tajam terhadap pengunjuk rasa damai di seluruh negeri," cetus Bachelet.

ADVERTISEMENT

Bachelet menambahkan bahwa dia "juga terkejut dengan serangan yang didokumentasikan terhadap staf medis darurat dan ambulans yang berusaha memberikan perawatan kepada mereka yang terluka".

Kantor hak asasi PBB mengatakan telah memastikan informasi bahwa setidaknya 54 orang telah dibunuh oleh petugas polisi dan militer Myanmar sejak kudeta 1 Februari.

"Akan tetapi, korban tewas yang sebenarnya bisa jauh lebih tinggi karena ini adalah angka yang dapat diverifikasi oleh kantor," tegasnya.

Pembunuhan telah meningkat tajam dalam beberapa hari terakhir.

Kantor HAM PBB telah memverifikasi 30 dari 38 kematian yang dilaporkan oleh entitas PBB lainnya pada Rabu (3/3), menyatakan pembunuhan oleh pasukan keamanan itu terjadi di Yangon, Mandalay, Sagaing, Magway dan Mon.

Satu orang lainnya didokumentasikan tewas pada hari Selasa (2/3) dan 18 orang pada hari Minggu (28/2), dengan lima orang sebelumnya.

Disebutkan kantor HAM PBB bahwa sulit untuk mendokumentasikan korban luka, tetapi "setidaknya, ratusan orang terluka selama aksi-aksi protes".

Simak Video: Myanmar Semakin Berdarah, Korban Tewas Terus Bertambah

[Gambas:Video 20detik]



Dalam pernyataannya, kantor HAM PBB juga menyatakan, sejak kudeta, lebih dari 1.700 orang telah "ditangkap dan ditahan secara sewenang-wenang sehubungan dengan partisipasi mereka dalam aksi protes atau keterlibatan dalam kegiatan politik."

Setidaknya 700 orang ditahan pada hari Rabu (3/3) saja, dengan banyak dari mereka dilaporkan ditangkap ketika tentara dan polisi melakukan pencarian dari rumah ke rumah.

Mereka yang ditangkap termasuk anggota parlemen, aktivis politik dan hak, petugas pemilihan, guru, petugas kesehatan, jurnalis dan biksu.

"Saya mendesak semua yang memiliki informasi dan pengaruh ... untuk mendukung upaya internasional untuk meminta pertanggungjawaban para pemimpin militer atas pelanggaran HAM serius yang telah dilakukan sekarang dan di masa lalu," kata Bachelet.

"Ini adalah saat untuk membalikkan keadaan menuju keadilan dan mengakhiri cengkeraman militer atas demokrasi di Myanmar," tandasnya.

Halaman 2 dari 2
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads