Tunangan jurnalis kawakan Arab Saudi yang dibunuh, Jamal Khashoggi, Hatice Cengiz, menuntut Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) harus "dihukum tanpa penundaan" terkait kasus pembunuhan yang menimpa Kashoggi di Istanbul, Turki.
Seperti dilansir AFP, Senin (1/3/2021) Amerika Serikat mengeluarkan laporan intelijen pada Jumat (26/2) yang menyebutkan MBS telah menyetujui pembunuhan Khashoggi di konsulat Arab Saudi di Istanbul pada 2018. Namun, otoritas AS tidak menerapkan sanksi kepada pemimpin de facto Saudi berusia 35 tahun itu.
"Sangat penting bahwa Putra Mahkota, yang memerintahkan pembunuhan brutal terhadap orang yang tidak bersalah, harus dihukum tanpa penundaan," kata tunangan Khashoggi, Hatice Cengiz, dalam sebuah pernyataan yang diposting di akun Twitter resminya dalam bahasa Inggris dan Arab.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini tidak hanya akan membawa keadilan yang kami cari untuk Jamal, tapi juga bisa mencegah tindakan serupa terulang di masa depan," katanya.
Khashoggi yang seorang kolumnis media terkemuka AS, The Washington Post, ini dikenal kerap mengkritik kebijakan MBS. Ia dibunuh dan jasadnya dipotong-potong di konsulat Saudi di Istanbul setelah masuk ke dalam gedung konsulat untuk mengurus dokumen pernikahannya dengan Cengiz.
Cengiz mengatakan bahwa "setelah laporan ini, tidak ada lagi legitimasi politik untuk Putra Mahkota".
Namun, dia mengatakan laporan AS tidak cukup.
"Kebenaran - yang sudah diketahui - telah terungkap sekali lagi, dan sekarang sudah dikonfirmasi." imbuhnya.
Simak juga Video: Ditanya Hukuman untuk MBS, Biden: Akan Ada Pengumuman di Hari Senin
"Namun ini tidak cukup," dia memperingatkan, "karena kebenaran hanya bisa bermakna jika keadilan bisa dicapai."
Cengiz berkata jika Putra Mahkota Saudi tidak dihukum, "itu akan selamanya menandakan bahwa pelaku utama bisa lolos dari pembunuhan yang akan membahayakan kita semua dan menjadi noda bagi kemanusiaan kita."
Pemerintah Saudi, yang awalnya mengatakan tidak memiliki informasi tentang Khashoggi, menyatakan menerima tanggung jawab atas pembunuhan itu tetapi menganggapnya sebagai operasi yang tidak melibatkan pangeran.
Dalam sebuah pernyataan Jumat (26/2) malam waktu setempat, Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengatakan "sepenuhnya menolak" laporan intelijen AS itu.