Massa melakukan unjuk rasa di luar kediaman Perdana Menteri Thailand, Prayut Chan-O-Cha. Polisi menembakkan peluru karet serta gas air mata untuk membubarkan massa.
Dilansir AFP, unjuk rasa itu diinisiasi oleh sejumlah pemuda Thailand yang menyerukan pengunduran diri Prayut Chan-O-Cha. Massa menilai Prayut Chan-O-Cha telah kehilangan semangat dalam mengendalikan virus Corona.
Diperkirakan ada 2.000 demonstran yang terlibat. Massa melakukan long march dari Monumen Kemenangan di persimpangan Kota Bangkok menuju kediaman Prayut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengunjuk rasa serempak mengenakan topi serta membawa bendera berwarna merah. Massa semakin tak terkendali dan menerobos kawat berduri yang dipasang polisi. Bentrokan pun tak terelakkan.
Sejumlah demonstran terlihat mendorong polisi. Sementara, polisi membalas dengan menembakkan gas air mata.
"Mereka sedang mempersiapkan segalanya, perisai, tongkat, air dengan beberapa bahan kimia dan peluru karet," kata seorang pengunjuk rasa kepada salah satu media Thailand seperti dilansir AFP, Minggu (28/2/2021).
![]() |
Aparat kepolisian mengerahkan truk water canon. Air disemprotkan ke arah massa. Pengunjuk rasa pun kocar-kacir. Gas air mata terus ditembakkan oleh polisi.
Massa berteriak meminta air untuk membasuh muka. Meski begitu, massa tetap bertahan di lokasi unjuk rasa.
Setelahnya polisi menembakkan peluru karet. Hal ini sesuai dengan kesaksian jurnalis AFP di lapangan.
"Tidak terlalu sakit," kata seorang pengunjuk rasa kepada media Thailand sambil menunjukkan bekas terjangan peluru karet di lengannya.
Beberapa demonstran melempar botol kaca dan batu bata ke arah polisi. Sementara lainnya bersembunyi di pom bensin terdekat.
Seorang dokter dari Pusat Medis Darurat Thailand, Erawan, mengatakan 16 pengunjuk rasa terluka. Dari informasi yang beredar, 2 demonstran ditangkap. Namun, belum ada konfirmasi dari pihak kepolisian.
Saksikan juga 'Thailand Blokir Perbatasannya dengan Myanmar, Menyusul Kudeta Militer':