Para pendukung militer yang memegang pisau dan ketapel bentrok dengan penduduk di kota terbesar Myanmar, Yangon pada Kamis (25/2). Bentrokan itu terjadi setelah ketegangan di negara itu meningkat setelah berminggu-minggu aksi protes nasional menolak kudeta digaungkan.
Seperti dilansir AFP, Kamis (25/2/2021), ratusan ribu orang terus memadati sejumlah kota di Myanmar guna menyuarakan kemarahan akibat perlakuan militer terhadap pemimpin sipil Aung San Suu Kyi dan meminta kembalinya demokrasi di negara itu.
Berbeda dengan hari-hari sebelumnya, kini ratusan pendukung militer mulai unjuk dukungan. Mereka berbaris di Yangon membawa spanduk-spanduk bertuliskan "Kami mendukung Dinas Pertahanan", yang mengacu pada militer Myanmar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihak berwenang memberi mereka akses ke Pagoda Sule Yangon, landmark lokal di persimpangan utama, yang dalam beberapa hari terakhir dibarikade untuk mencegah para pengunjuk rasa antikudeta berkumpul.
Merespons kehadiran pendukung militer, warga yang tinggal di sekitar Pagoda mulai membunyikan panci dan wajan sebagai bentuk protes atas kehadiran demonstran pro-militer. Membunyikan panci dan wajan merupakan praktik umum di antara para pengunjuk rasa antikudeta.
Pada siang hari, bentrokan kedua pihak terjadi di dekat kompleks stasiun kereta api pusat Yangon. Menurut saksi mata, para pendukung pro-militer - beberapa membawa tongkat, pisau dan ketapel - menghina warga yang mencemooh.
"Mereka menyerang kami dengan ketapel dari mobil ... sekitar 10 orang terluka di kepala," kata Aung Zin Lin (38) yang tinggal di dekat situ.
Merespons hal itu, warga setempat melakukan perlawanan hingga polisi datang.
Simak video 'Gajah-gajah Ikut Demo Anti-kudeta Militer di Myanmar':