Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menegaskan bahwa "kesabarannya bukan tidak terbatas" untuk Iran. Hal itu disampaikan seiring AS kembali menyampaikan tawaran pembicaraan tentang kesepakatan nuklir dengan Iran.
Seperti dilansir AFP, Kamis (25/2/2021), AS pada 18 Februari lalu, menawarkan pertemuan dengan Iran di bawah naungan Uni Eropa dalam upaya menghidupkan kembali kesepakatan nuklir.
"Ini adalah tantangan mendesak bagi kami," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price, merujuk pada langkah-langkah Iran yang tidak mematuhi kesepakatan sebagai protes terhadap sanksi-sanksi yang diterapkan mantan presiden Donald Trump.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kesabaran kami bukan tak terbatas," kata Price kepada wartawan.
"Tapi kami yakin, dan presiden telah menjelaskan hal ini dengan jelas," kata Price, "bahwa cara paling efektif untuk memastikan Iran tidak pernah bisa mendapatkan senjata nuklir adalah melalui diplomasi. Itulah yang sedang kami lakukan sekarang," imbuhnya.
Berbicara terpisah, Sekretaris Pers Gedung Putih, Jen Psaki, mengatakan AS masih menunggu tanggapan Iran atas undangan pertemuan tersebut.
Secara terbuka, Iran kembali menegaskan posisinya bahwa AS perlu mencabut semua sanksi terlebih dahulu jika ingin Iran kembali ke kepatuhan nuklir.
Pekan lalu, pemerintahan Biden mengambil langkah-langkah simbolis yang berbeda dari Trump dan mengatakan pembicaraan adalah cara terbaik untuk menyelesaikan semua masalah.
Sementara itu, pembatasan akses Badan Energi Atom Internasional (IAEA) ke Iran mulai dilakukan minggu ini. IAEA akan dibatasi mengunjungi situs dan informasi nuklir Iran sebagai tanggapan atas penolakan AS untuk segera mencabut sanksi.
Tetapi dalam sebuah kompromi, Iran menyetujui kesepakatan teknis sementara.
Di bawah kesepakatan teranyar, Teheran akan "merekam dan menyimpan hasil rekaman piranti pengawasan serta informasi terkait aktivitas nuklirnya selama tiga bulan," tulis IAEA. "Selama masa ini, IAEA tidak akan bisa mengakses informasi-informasi tersebut."