Khamenei Sebut Iran Bisa Lakukan Pengayaan Uranium hingga 60 Persen

Khamenei Sebut Iran Bisa Lakukan Pengayaan Uranium hingga 60 Persen

Syahidah Izzata Sabiila - detikNews
Selasa, 23 Feb 2021 14:43 WIB
In this photo released by an official website of the office of the Iranian supreme leader, Supreme Leader Ayatollah Ali Khamenei delivers his sermon in the Friday prayers at Imam Khomeini Grand Mosque in Tehran, Iran, Friday, Jan. 17, 2020. Irans supreme leader said President Donald Trump is a
Ayatollah Ali Khamenei (Foto: AP)
Teheran -

Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan Iran bisa meningkatkan pengayaan uranium hingga kemurnian 60 persen jika negara itu membutuhkannya dan tidak akan pernah menyerah pada tekanan Amerika Serikat (AS) soal program nuklirnya.

Seperti dilansir Reuters, Selasa (22/2/2021), kesepakatan nuklir Iran 2015 dengan enam negara kekuatan dunia, yang dilanggar sejak AS mundur tahun 2018, diketahui membatasi kemurnian uranium hingga 3,67 persen.

"Tingkat pengayaan uranium Iran tidak akan dibatasi hingga 20 persen. Kami akan meningkatkannya sesuai yang dibutuhkan negara... Kami dapat meningkatkannya menjadi 60 persen," kata Khamenei dalam pidato yang disiarkan televisi nasional Iran.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penegasan ini disampaikan saat Iran berselisih dengan pemerintahan Presiden AS Joe Biden soal kelanjutan kesepakatan nuklir tersebut.

"Pihak Amerika dan Eropa dalam kesepakatan itu telah menggunakan bahasa yang tidak adil terhadap Iran ... Iran tidak akan menyerah pada tekanan. Sikap kami tidak akan berubah," tegas Khamenei.

ADVERTISEMENT

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price, menyebut komentar Khamenei "terdengar seperti ancaman" dan menolak untuk menanggapinya. Ia menegaskan kembali kesediaan AS untuk terlibat dalam pembicaraan dengan Iran terkait kembalinya AS ke kesepakatan nuklir tahun 2015.

Pekan lalu, Iran mengatakan sedang mempelajari proposal yang diajukan Uni Eropa untuk pertemuan informal antara para anggota kesepakatan nuklir 2015 bersama AS.

Iran, yang telah meningkatkan proses pengayaan uraniumnya hingga kemurnian 20 persen, telah berselisih dengan Washington soal pihak mana yang harus mengambil langkah terlebih dulu untuk menghidupkan kembali perjanjian itu.

Meskipun di bawah tekanan domestik untuk meringankan kesulitan ekonomi akibat sanksi AS, para pemimpin Iran bersikeras Washington harus mengakhiri sanksi hukumannya terlebih dahulu untuk memulihkan kesepakatan. Sebaliknya, AS juga menginginkan Iran untuk terlebih dahulu kembali ke komitmennya yang tertuang dalam kesepakatan itu.

Lihat juga Video: Reaksi Iran terhadap Kebijakan Joe Biden

[Gambas:Video 20detik]



Jalur Diplomasi

Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, mengatakan bahwa AS akan mendukung dan memperpanjang pakta 2015, yang bertujuan untuk membatasi potensi pengayaan Iran, sebagai imbalan atas pencabutan sebagian besar sanksi.

Blinken, yang berpidato di Konferensi Pelucutan Senjata di Jenewa, mengatakan "Amerika Serikat tetap berkomitmen untuk memastikan bahwa Iran tidak pernah memproduksi senjata nuklir. Diplomasi adalah jalan terbaik untuk mencapai tujuan itu."

Khamenei, dalam sambutannya yang disiarkan televisi setempat, menegaskan bantahan soal tuduhan Iran berniat mempersenjatai pengayaan uranium.

Dia menambahkan: "Badut Zionis internasional (Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu-red) mengatakan mereka tidak akan mengizinkan Iran memproduksi senjata nuklir. Pertama-tama, jika kita memiliki niat seperti itu, bahkan mereka yang lebih kuat dari dia tidak akan bisa menghentikan kita."

Untuk menekan pemerintahan Biden, parlemen Iran yang didominasi garis keras mengesahkan undang-undang yang mewajibkan pemerintah untuk mengakhiri inspeksi pengawas nuklir PBB (IAEA) mulai Selasa (22/2) jika sanksi tidak dicabut.

Utusan Iran untuk IAEA, Kazem Gharibabadi, mengatakan Iran telah mengakhiri implementasi Protokol Tambahan, yang memungkinkan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) untuk melakukan inspeksi mendadak.

Halaman 2 dari 2
(izt/nvc)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads