AS Serukan Militer Myanmar Tak Lakukan Kekerasan Usai Kematian Demonstran

AS Serukan Militer Myanmar Tak Lakukan Kekerasan Usai Kematian Demonstran

Rita Uli Hutapea - detikNews
Sabtu, 20 Feb 2021 10:38 WIB
A man flashes three-fingered salute as he wheels his wheelchair during a protest against the military coup in Mandalay, Myanmar on Tuesday, Feb. 16, 2021. Peaceful demonstrations against Myanmar’s military takeover resumed Tuesday, following violence against protesters a day earlier by security forces and after internet access was blocked for a second straight night.(AP Photo)
aksi demo menentang kudeta di Myanmar (Foto: AP Photo)
Jakarta -

Pemerintah Amerika Serikat menyerukan militer Myanmar untuk menahan diri dari kekerasan. Seruan ini disampaikan setelah kematian seorang demonstran muda usai terkena tembakan di kepala.

"Kami mengutuk setiap kekerasan terhadap rakyat Burma (nama lama Myanmar) dan mengulangi seruan kami pada militer Burma untuk menahan diri dari kekerasan terhadap para pengunjuk rasa damai," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price kepada para wartawan seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (20/2/2021).

"Amerika Serikat akan terus memimpin upaya diplomatik untuk mendorong komunitas internasional melakukan tindakan kolektif terhadap mereka yang bertanggung jawab atas kudeta ini," imbuhnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Militer Myanmar menggulingkan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi pada 1 Februari lalu, yang menyebabkan aksi-aksi protes untuk pemulihan demokrasi meskipun ada upaya junta militer untuk menghalangi komunikasi.

ADVERTISEMENT

Unjuk rasa pada 9 Februari lalu di ibu kota Naypyidaw diwarnai kekerasan dengan polisi menembakkan peluru karet. Mya Thwate Thwate Khaing, perempuan berusia 20 tahun, terkena tembakan dan dilarikan ke rumah sakit. Namun, wanita muda itu dipastikan meninggal pada hari Jumat (19/2) waktu setempat akibat tembakan di kepala.

Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken mengatakan bahwa Amerika Serikat, yang telah menjatuhkan sanksi terhadap Myanmar, berharap tekanan internasional akan membuat junta semakin tersudut.

"Tekanan membutuhkan waktu untuk dirasakan," kata Blinken kepada BBC World News.

"Harapan saya adalah karena semakin banyak negara berkumpul untuk menyatakan bahwa ini tidak dapat diterima," katanya. "Kita akan melihat perubahan dari militer," imbuh Blinken.

"Realitas pahitnya adalah transisi demokrasi telah terputus," katanya. "Komunitas internasional perlu berbicara dengan jelas dengan satu suara bahwa ini tidak dapat diterima," tandasnya.

Simak video 'Tangis Keluarga Martir Aksi Demo Kudeta Militer di Myanmar':

[Gambas:Video 20detik]



(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads