Pemerintah Israel dan Suriah menyetujui pertukaran tahanan dengan dimediasi Rusia pada Kamis (18/2) waktu setempat. Dalam kesepakatan itu, dua penggembala berkewarganegaraan Suriah akan ditukar dengan seorang wanita asal Israel.
Seperti dilansir AFP, Jumat (19/2/2021), militer Israel mengatakan dua penggembala itu ditangkap beberapa minggu lalu, setelah mereka melintasi perbatasan di wilayah Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel.
"Tentara mengembalikan dua penggembala ke (Komite Internasional) perwakilan Palang Merah melalui perlintasan Quneitra, sesuai dengan arahan pemerintah Israel," katanya dalam sebuah pernyataan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Militer Israel tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang identitas para tahanan tersebut. Namun kantor berita Suriah, SANA mengkonfirmasi bahwa kedua tahanan Suriah tersebut masing-masing adalah Mohamed Hussein dan Tarek al-Obeidan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kemudian mengkonfirmasi bahwa pertukaran tahanan itu dimediasi oleh Rusia, yang memiliki hubungan dekat dengan pemerintah Suriah dan menempatkan pasukan militernya di negara itu.
Netanyahu berterima kasih kepada Presiden Rusia Vladimir Putin setelah kesepakatan itu. Netanyahu mengatakan dirinya telah meminta "temannya" untuk membantu "dan dia bertindak."
Netanyahu mengatakan wanita muda Israel - yang tersesat di perbatasan - sedang dalam perjalanan pulang, dan Israel telah membebaskan kedua gembala Suriah tersebut sebagai isyarat niat baik.
Sebagai bagian dari perjanjian, seorang aktivis Suriah bernama Nihal al-Mokt yang saat ini melayani masyarakat akan dipersingkat hukumannya menjadi tiga bulan.
Simak video 'Serangan Israel ke Suriah Tewaskan 6 Orang':
Sebelumnya, SANA mengatakan kedua gembala itu dibebaskan setelah mediasi Rusia, yang juga mengizinkan pembebasan al-Mokt.
Netanyahu pada Selasa malam (16/2) telah mengadakan pertemuan kabinet darurat untuk membahas situasi "kemanusiaan" di Suriah. Tak lama setelah SANA melaporkan tentang pertukaran tahanan, Netanyahu memberikan komentar dan mengatakan itu adalah "masalah hidup atau mati".
"Saya menggunakan kontak pribadi saya dengan Presiden (Vladimir) Putin untuk menyelesaikan masalah," kata Netanyahu kepada sebuah stasiun radio militer Israel.
Israel merebut sebagian besar Dataran Tinggi Golan dari Suriah dalam Perang Enam Hari tahun 1967 dan kemudian mencaploknya meski tidak diakui oleh komunitas internasional.
Israel masih rutin melakukan serangan udara di Suriah, sebagian besar terhadap target-target yang terkait dengan Iran. Hal itu dilakukan sebagai upaya untuk mencegah musuh bebuyutannya tersebut menguasai wilayah perbatasan utara.