Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan akan menanyakan kepada otoritas Uni Emirat Arab (UEA) soal penahanan Putri Latifa, putri penguasa Dubai. Putri Latifa menuduh ayahnya melakukan penyekapan dirinya di Dubai sejak dia mencoba melarikan diri pada 2018.
Seperti dilansir BBC, Jumat (19/2/2021) dalam video rahasia yang dibagikannya dengan BBC, putri syekh Dubai itu mengatakan dia mengkhawatirkan keselamatan dirinya. Rekaman itu memicu seruan global untuk penyelidikan PBB, sementara Inggris mengatakan video itu "sangat mengganggu".
"Kami prihatin tentang itu," kata Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab pada hari Rabu (17/2).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan video tersebut menunjukkan "seorang wanita muda dalam kesusahan yang mendalam". Raab mengatakan bahwa pemerintah Inggris akan mengamati setiap perkembangan dari PBB soal kasus itu.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson juga mengatakan pemerintahnya "prihatin" tetapi akan menunggu dan melihat bagaimana PBB melanjutkan penyelidikan mereka.
Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia mengatakan akan segera menanyakan kondisi Putri Latifa ke otoritas UEA.
Sementara itu, seorang juru bicara PBB mengatakan UN Working Group on Arbitrary Detention dapat melakukan penyelidikan setelah video Putri Latifa dianalisis.
"Kami berharap penyelidikan PBB pada akhirnya bisa membebaskan Putri Latifa," kata pengacara yang menyerahkan kasus itu ke PBB, Rodney Dixon.
"PBB perlu melakukan pertemuan yang sangat serius secara langsung dengan mereka yang menahan (putri Latifa) dan memastikan kesepakatan tercapai sehingga dia bisa dibebaskan," katanya.
Dixon menambahkan "PBB sebagai badan internasional yang bertanggung jawab untuk menerapkan hukum internasional dapat memastikan soal apa yang terjadi."
Simak juga video 'Pengiriman Ratusan Kilogram Heroin dari Dubai Dibongkar':
Ayah Putri Latifa, Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum, adalah salah satu kepala negara terkaya di dunia, penguasa Dubai dan wakil presiden UEA. UEA memiliki hubungan dekat dengan sejumlah negara Barat, termasuk AS dan Inggris, yang menganggapnya sebagai sekutu strategis.
Sheikh Mohammed telah membangun kota yang sangat sukses, meski begitu aktivis HAM menyebut tidak ada toleransi terhadap perbedaan pendapat dan sistem peradilan yang mendiskriminasi perempuan.
Dengan bantuan teman-temannya, Putri Latifa mencoba kabur dari Dubai untuk memulai hidup baru pada Februari 2018.
"Saya tidak diizinkan mengemudi, saya tidak diizinkan bepergian atau meninggalkan Dubai sama sekali," katanya dalam video yang direkam sebelum dia melarikan diri.
Namun beberapa hari kemudian, sang putri ditangkap oleh pasukan komando di sebuah kapal di Samudra Hindia. Dia diterbangkan kembali ke Dubai, dan terkurung hingga sekarang.
Ayahnya mengatakan dia bertindak untuk kepentingan terbaik putrinya. Otoritas Dubai dan UEA sebelumnya mengatakan Putri Latifa aman dalam perawatan keluarga.