Penjaga perbatasan Turki telah menahan lima warga Rusia, termasuk seorang wanita yang dicurigai sebagai anggota kelompok Negara Islam (ISIS), dan seorang warga Libya saat hendak menyeberang dari Suriah.
"Penjaga perbatasan kami yang ditempatkan di distrik Narlica Hatay (di Turki Selatan) menangkap enam orang termasuk satu warga Libya dan lima warga Rusia yang berusaha untuk secara ilegal menyeberang ke Turki dari Suriah," kata Kementerian Turki di Twitter seperti dilansir AFP, Rabu (17/2/2021).
"Salah satu warga Rusia adalah seorang wanita yang diidentifikasi sebagai buronan anggota Daesh," katanya, menggunakan nama Arab untuk ISIS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak dijelaskan lebih lanjut apakah semuanya dicurigai sebagai anggota ISIS.
Dalam kejadian terpisah, otoritas Turki pekan ini juga menangkap seorang wanita berusia 26 tahun bersama dua anaknya di dekat perbatasan Suriah, yang dituduh terkait dengan kelompok ISIS.
Wanita itu diketahui memegang kewarganegaraan ganda Selandia Baru dan Australia. Namun otoritas Australia secara sepihak telah mencabut kewarganegaraan wanita itu. Akibat tindakan Australia itu, kedua negara kini saling adu argumen.
Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, dalam pernyataannya menyebut tindakan Australia itu keliru karena memaksa Selandia Baru untuk memikul tanggung jawab atas wanita yang sudah tidak tinggal di Selandia Baru sejak usianya 6 tahun.
Simak video 'BNPT Ungkap 1.250 WNI Berangkat ke Suriah-Irak Terkait Radikalisme':
Disebutkan bahwa wanita itu menetap di Australia hingga dewasa dan memiliki keluarga di Australia, bahkan berangkat ke Suriah dari Australia dengan menggunakan paspor Australia miliknya.
Menanggapi hal itu, PM Australia Scott Morrison dalam konferensi pers di Canberra menegaskan langkah yang diambil Australia sudah tepat.
Ditambahkan PM Morrison bahwa undang-undang yang disahkan parlemen secara otomatis mencabut kewarganegaraan seseorang yang berkewarganegaraan ganda yang dituduh terlibat aktivitas terorisme. PM Morrison menyatakan dirinya akan membahas lebih lanjut persoalan ini dengan PM Ardern.
Turki telah meningkatkan perang melawan jihadis ISIS yang melakukan serangan mematikan di wilayahnya, termasuk penembakan massal di klub malam kelas atas Istanbul hanya beberapa menit menjelang Tahun Baru 2017.
Serangan itu menewaskan 39 orang, termasuk 27 orang asing.