Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menawarkan diri untuk mengunjungi Iran guna mencari solusi untuk kebuntuan yang membayangi inspeksi program nuklir negara itu seperti diatur dalam kesepakatan nuklir tahun 2015.
Seperti dilansir AFP, Rabu (17/2/2021), Kepala IAEA, Rafael Grossi, mengatakan Iran telah memberi tahu rencana untuk "berhenti menerapkan langkah-langkah transparansi sukarela" yang merupakan bagian dari perjanjian multilateral itu.
"Direktur Jenderal Grossi telah menawarkan untuk melakukan perjalanan ke Iran untuk mencari solusi yang disepakati bersama untuk melanjutkan tugas verifikasi yang penting," demikian pernyataan IAEA, setelah negara-negara anggotanya mendapat laporan tentang situasi itu pada Selasa (16/2).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kesepakatan nuklir tahun 2015 yang bertujuan untuk membatasi program nuklir Teheran sebagai pertukaran pencabutan sanksi internasional, diketahui masih 'digantung' hingga kini.
Tahun 2018, mantan presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menarik AS dari perjanjian itu dan menerapkan kembali sanksi-sanksi terhadap Teheran. Setahun kemudian, Iran secara bertahap menangguhkan kepatuhannya.
Di bawah perjanjian tersebut, yang dikenal sebagai Rencana Aksi Perjanjian Komprehensif Gabungan (JCPOA), inspektur IAEA seharusnya memiliki akses ke fasilitas non-nuklir Iran, termasuk situs militer, jika ada dugaan aktivitas nuklir ilegal.
Tetapi di bawah undang-undang yang disahkan oleh parlemen Iran pada Desember tahun lalu, Iran tidak lagi mengizinkan inspeksi PBB untuk melakukan inspeksi sampai akhir Februari, kecuali ada pelonggaran sanksi dari AS.
Presiden Joe Biden mengatakan AS bermaksud untuk kembali ke kesepakatan, tetapi Washington hanya akan kembali ke komitmen kesepakatan itu setelah Iran melakukannya terlebih dulu.
Simak juga Video: Iran dan Rusia Latihan Perang di Samudra Hindia