Para petugas penyelamat India yang menyisir lembah yang dipenuhi lumpur dan bebatuan akibat 'tsunami Himalaya', menemukan 11 jasad korban lainnya. Total korban tewas akibat insiden banjir bandang yang dipicu longsornya gletser Himalaya ini bertambah menjadi 49 orang.
Seperti dilansir Associated Press, Senin (15/2/2021), juru bicara Pasukan Tanggap Bencana Nasional India, Krishan Kumar, menuturkan bahwa 155 orang masih dinyatakan hilang dalam insiden yang terjadi 7 Februari lalu.
Saat itu, bongkahan besar gletser di gunung Nanda Devi longsor dan jatuh ke dalam sungai setempat yang memicu banjir bandang di Uttarakhand. Media-media lokal menjuluki insiden itu sebagai 'tsunami Himalaya' karena arus deras yang menerjang jembatan, jalan dan bangunan yang ada di tepi sungai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kumar menyatakan lima jasad korban ditemukan di terowongan proyek pembangkit listrik setempat, saat petugas penyelamat membersihkan puing-puing dan mencari korban selamat pada Minggu (14/2) waktu setempat.
Enam jasad korban lainnya ditemukan di sebuah desa yang ada di area yang diterjang banjir bandang.
Petugas penyelamat menggunakan ekskavator dan sekop untuk membersihkan lumpur dari terowongan dalam upaya menjangkau belasan pekerja yang terjebak.
Arus deras yang membawa lumpur dan bebatuan besar menerjang Sungai Alaknanda dan Sungai Dhauliganga, merusak bendungan, menyapu jembatan dan memaksa evakuasi di banyak desa setempat.
Arus deras itu juga menyapu sebuah proyek kecil pembangkit listrik tenaga air dan merusak pembangkit listrik yang lebih besar yang ada di aliran Sungai Dhaulingang. Kedua sungai yang mengalir di pegunungan Himalaya itu bertemu sebelum menyatu dengan Sungai Gangga.
Para ilmuwan tengah menyelidiki penyebab pecahnya bongkahan gletser -- yang diduga akibat longsoran salju atau pelepasan akumulasi air.
Para pakar menyebut perubahan iklim mungkin turut berkontribusi pada insiden ini, mengingat suhu yang menghangat membuat gletser menyusut dan membuatnya tidak stabil di berbagai belahan dunia.