Biden Hadapi Dilema Serius Soal Penarikan Pasukan di Afghanistan

Biden Hadapi Dilema Serius Soal Penarikan Pasukan di Afghanistan

Syahidah Izzata Sabiila - detikNews
Jumat, 12 Feb 2021 16:49 WIB
WILMINGTON, DELAWARE - JANUARY 07: U.S. President-elect Joe Biden delivers remarks before announcing his choices for attorney general and other leaders of the Justice Department at The Queen theater January 07, 2021 in Wilmington, Delaware. Biden nominated Judge Merrick Garland to be attorney general, Lisa Monaco to be deputy attorney general, Vanita Gupta to be associate attorney general, and Kristen Clarke to be assistant attorney general for the Civil Rights Division.   Chip Somodevilla/Getty Images/AFP
Presiden AS Joe Biden (Foto: Chip Somodevilla/Getty Images/AFP)
Kabul -

Presiden Amerika Serikat Joe Biden menghadapi dilema serius di Afghanistan karena batas waktu penarikan pasukan AS semakin dekat. Selain itu, Taliban tidak menunjukkan tanda-tanda akan mengakhiri pertumpahan darah di sana.

Seperti dilansir AFP, Jumat (12/2/2021) pemimpin baru AS telah memerintahkan peninjauan kembali kesepakatan Washington-Taliban tahun lalu, yang menjanjikan penarikan semua pasukan asing pada 1 Mei dengan imbalan jaminan keamanan dari militan dan komitmen untuk pembicaraan damai dengan pemerintah Afghanistan.

Pembicaraan berjalan sangat lambat, hampir tidak ada hari berlalu tanpa ledakan bom, serangan terhadap pasukan pemerintah, atau pembunuhan yang ditargetkan di suatu tempat di Afghanistan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tingkat kekerasan tetap sangat, sangat tinggi ... yang mengejutkan dan sangat mengecewakan," kata seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS kepada AFP pekan ini tanpa menyebut nama.

"Ini tidak diragukan lagi merusak atmosfer penyelesaian konflik Afghanistan," ujarnya,

ADVERTISEMENT

Taliban secara rutin menyangkal serangan-serangan yang terjadi dan banyak yang diklaim oleh kelompok saingannya, ISIS. Namun Washington tidak ragu siapa yang harus disalahkan.

"Dalam pandangan kami, Taliban bertanggung jawab atas sebagian besar pembunuhan yang ditargetkan," kata pejabat itu, menambahkan bahwa Taliban telah menciptakan "ekosistem kekerasan".

"Saya pikir ini jelas dimaksudkan untuk mendemoralisasi warga ... untuk menambah keraguan tentang pemerintah mereka dan untuk menambah aura kemenangan (Taliban)," tambahnya.

Pemerintahan Biden yang baru sekarang menghadapi dilema serius. Jika Washington memutuskan untuk mempertahankan pasukan setelah tenggat waktu, pasukan AS akan menghadapi serangan lagi.

Tetapi jika AS mundur sesuai jadwal, hal itu dapat mengakibatkan pembantaian baru yang tidak mungkin diabaikan oleh dunia.

Pentagon selama setahun terakhir telah mengurangi jumlah pasukan AS di Afghanistan menjadi 2.500, sementara Menteri PertahananNATO akhir bulan ini akan membahas nasib 10.000 personel mereka di negara itu.

Setiap risiko terhadap kehidupan "pasukan Amerika dan koalisi ... akan menjadi sangat, sangat prioritas kami", kata pejabat AS.

Presiden Afghanistan Ashraf Ghani telah mendesak Biden untuk menghindari penarikan yang terburu-buru, dan ingin Biden memberikan lebih banyak tekanan pada Taliban untuk membuat konsesi pada pembicaraan damai yang sedang berlangsung di Doha, Qatar.

"Pihak Republik Islam (pemerintah) cemas dan siap bernegosiasi. Mereka pergi ke Doha dengan persiapan ... dan mereka tidak punya siapa-siapa untuk ditemui dan itu mengecewakan," kata pejabat AS itu.

Halaman 2 dari 2
(izt/knv)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads