Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu, kembali menjalani persidangan kasus korupsi yang menjeratnya. Dalam sidang kali ini, Netanyahu akan memberikan tanggapan resmi atas dakwaan korupsi yang menjeratnya.
Seperti dilansir AFP, Senin (8/2/2021), persidangan kasus Netanyahu memasuki fase intensif sekitar enam pekan sebelum dia menghadapi pemilihan ulang. Dakwaan-dakwaan terhadap Netanyahu diketahui terbagi menjadi tiga kasus terpisah.
Kasus paling serius disebut sebagai Kasus 4.000 di mana Netanyahu didakwa atas penyuapan, penipuan dan pelanggaran kepercayaan. Kasus ini berpusat pada tuduhan bahwa Netanyahu melakukan negosiasi dengan Shaul Elovitch dari raksasa telekomunikasi Bezeq untuk mengamankan liputan positif di situs berita Walla! sebagai imbalan atas kebijakan yang menguntungkan Bezeq. Elovitch dan istrinya juga ikut didakwa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kasus kedua disebut sebagai Kasus 2.000 yang menyangkut tuduhan Netanyahu mengupayakan kesepakatan dengan pemilik surat kabar Yediot Aharonot, yang akan memberikannya liputan yang lebih menguntungkan dan positif.
Kasus ketiga disebut Kasus 1.000 yang mendakwa Netanyahu dan keluarganya menerima hadiah-hadiah, termasuk cerutu mewah, sampanye dan perhiasan yang diperkirakan bernilai lebih dari 700 ribu Shekels (Rp 2,9 miliar) dari orang-orang kaya, sebagai imbalan atas bantuan keuangan atau pribadi.
Netanyahu yang berusia 71 tahun ini membantah seluruh dakwaan itu dan menyebutnya 'dibuat-buat dan menggelikan' saat menghadiri sidang pertama pada Mei tahun lalu. Dia juga menyebut dirinya menjadi korban witch-hunt dalam kasus ini.
Dalam sidang terbaru pada Senin (8/2) waktu setempat, Netanyahu wajib hadir langsung untuk menyampaikan respons resminya atas dakwaan-dakwaan itu. Sidang ini sempat diundur beberapa kali karena pembatasan virus Corona (COVID-19).
Agenda penyampaian respons resmi dari Netanyahu sebagai terdakwa ini akan menandai dimulainya inti persidangan, dengan agenda berikutnya fokus pada kesaksian dan bukti-bukti.
Jadwal sidang ini bisa memaksa Netanyhu untuk beberapa kali hadir ke pengadilan dalam sepekan, saat dia sibuk berkampanye menjelang pemilu 23 Maret -- yang merupakan pemilu keempat Israel dalam kurang dari dua tahun terakhir. Tidak diketahui pasti apakah sidang ini akan berdampak pada peluang Netanyahu menang dalam pemilu mendatang.
Beberapa bulan terakhir, unjuk rasa anti-Netanyahu digelar secara mingguan, dengan para demonstran dari gerakan bernama 'Crime Minister' memfokuskan pada tuduhan gratifikasi. Demonstran lain memprotes cara penanganan pemerintah Israel terhadap pandemi Corona. Unjuk rasa tandingan yang mendukung Netanyahu juga digelar di Israel.