Rusia Usir Sejumlah Diplomat Eropa karena Ikut Aksi Demo Navalny

Rusia Usir Sejumlah Diplomat Eropa karena Ikut Aksi Demo Navalny

Rita Uli Hutapea - detikNews
Sabtu, 06 Feb 2021 11:42 WIB
Police officers detain a man dressed in a horned, fur hat, and holding Russian flag during a protest against the jailing of opposition leader Alexei Navalny in Moscow, Russia, Saturday, Jan. 23, 2021. Russian police on Saturday arrested hundreds of protesters who took to the streets in temperatures as low as minus-50 C (minus-58 F) to demand the release of Alexei Navalny, the countrys top opposition figure. (AP Photo/Pavel Golovkin)
Diplomat-diplomat Eropa diusir karena ikut aksi demo mendukung Alexei Navalny (Foto: AP/Pavel Golovkin)
Jakarta -

Pemerintah Rusia mengusir para diplomat Uni Eropa dari Polandia, Jerman dan Swedia karena berpartisipasi dalam demonstrasi tanpa izin bulan lalu untuk mendukung oposisi Rusia, Alexei Navalny yang dipenjara.

Langkah itu dilakukan beberapa jam setelah diplomat utama Uni Eropa Josep Borrell bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov di Moskow, dan menggambarkan hubungan blok itu dengan Rusia berada pada "titik terendah" terkait penahanan Navalny.

Borrell "mengutuk keras" pengusiran tersebut, sementara Swedia mencapnya "sama sekali tidak berdasar".

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa sejumlah diplomat dari tiga negara Uni Eropa, ikut serta dalam "demonstrasi ilegal" pada 23 Januari lalu dan telah dinyatakan sebagai persona non grata.

ADVERTISEMENT

"Mereka diperintahkan untuk meninggalkan Rusia dalam waktu dekat," kata Kementerian Luar Negeri Rusia seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (6/2/2020).

Kementerian itu menambahkan bahwa Moskow mengharapkan diplomat dari negara-negara itu untuk "secara ketat mengikuti norma-norma hukum internasional" di masa depan.

Sebelumnya, polisi Rusia telah menangkap lebih dari 10.000 orang pada demonstrasi massal di seluruh negeri, di mana pengunjuk rasa mengecam pemerintah Rusia dan menuntut pihak berwenang membebaskan Navalny (44).

Navalny, pengkritik Presiden Vladimir Putin itu ditangkap setibanya di Moskow bulan lalu dari Jerman, setelah menjalani perawatan medis akibat serangan keracunan. Navalny menuduh Putin telah memerintahkan agen-agen keamanan Rusia untuk menaruh racun di celana dalamnya.

Bahkan dalam pernyataannya di persidangan pada Selasa (3/2) lalu, dengan berani, Navalny menyebut Putin akan dikenang sebagai 'peracun celana dalam'.

Seperti dilansir Reuters dan Business Insider, Rabu (3/2/2021), Navalny menyebut alasan penahanan dirinya karena 'kebencian dan ketakutan satu orang -- satu orang yang bersembunyi di bunker'.

Navalnya juga menyatakan bahwa dirinya telah 'menyinggung' Putin dengan bertahan hidup usai diracun, dirinya membuat marah Putin karena menolak lari dan sembunyi, dan dirinya semakin membuat marah Putin dengan menggali bukti kesalahannya.

"Satu-satunya metodenya (Putin-red) adalah membunuh orang. Pembunuhan adalah satu-satunya cara yang dia tahu untuk melawan," kata Navalny.

Lihat juga Video "Total 1.400 Ditangkap Polisi Rusia Terkait Aksi Protes":

[Gambas:Video 20detik]



Halaman 2 dari 2
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads