Oposisi Rusia Alexei Navalny Masuk Nominasi Nobel Perdamaian

Oposisi Rusia Alexei Navalny Masuk Nominasi Nobel Perdamaian

Syahidah Izzata Sabiila - detikNews
Selasa, 02 Feb 2021 13:13 WIB
FILE - In this Wednesday, Sept. 5, 2018 file photo Russian opposition leader Alexei Navalny stands during a break in the hearing on his appeal in a court in Moscow, Russia. The German hospital treating Russian opposition leader Alexei Navalny says he has been taking out of an induced coma and is responsive. Berlins Charite hospital said Monday that Navalnys condition has further improved, allowing doctors to end the medically induced coma and gradually ease him off mechanical ventilation. (AP Photo/Pavel Golovkin, File)
Alexei Navalny masuk nominasi Nobel Perdamaian (Foto: AP Photo/Pavel Golovkin)
Oslo -

Kritikus Kremlin asal Rusia, Alexei Navalny termasuk dalam sejumlah nama yang diajukan dalam nominasi peraih Nobel Perdamaian 2021. Pencalonan oposisi Rusia ini didukung oleh anggota parlemen Norwegia yang memiliki rekam jejak dalam memilih pemenang.

Dilansir dari Reuters, Selasa (2/2/2021) ribuan anggota parlemen di seluruh dunia hingga mantan pemenang Nobel berhak untuk mengajukan kandidat. Pencalonan kandidat peraih Nobel ini telah ditutup pada hari Minggu (31/1) waktu setempat.

Direktur Peace Research Institute Oslo, Henrik Urdal menyebut anggota parlemen Norwegia telah menominasikan pemenang setiap tahun sejak 2014, terkecuali 2019.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keputusan akhir pemenang Nobel Perdamaian berada di tangan Komite Nobel Norwegia. Komite tidak mengomentari nominasi dan merahasiakan nama-nama mereka yang mengajukan nominasi maupun para kandidat yang gagal meraih penghargaan bergengsi ini selama 50 tahun.

Navalny, yang dicalonkan oleh akademisi Rusia, dimasukkan ke dalam nominasi karena upayanya untuk demokratisasi damai Rusia.

ADVERTISEMENT

Pemenang Nobel 2021 akan diumumkan pada bulan Oktober mendatang.

Pengkritik Presiden Vladimir Putin, Alexei Navalny tersebut ditangkap oleh polisi begitu tiba di Rusia dari Jerman usai dirawat karena diduga diracun.

Polisi Rusia telah menangkap kritikus Kremlin itu di bandara Moskow tak lama setelah dia mendarat dalam penerbangan dari Berlin, Jerman.

keputusan untuk pulang ke Rusia ini diumumkan Navalny pada Rabu (13/1) waktu setempat. Hal ini dinilai mengisyaratkan niat Navalny untuk melanjutkan perjuangan politik melawan Presiden Vladimir Putin.

Di sisi lain, kepulangan Navalny akan memicu dilema bagi otoritas Rusia soal bagaimana menangani salah satu pengkritik Putin yang paling menonjol ini.

Sebelumnya pada Desember 2020 lalu, Dinas Penjara Federal Rusia (FSIN) memberikan ultimatum terakhir untuk Navalny yang isinya menyerukan Navalny untuk kembali pulang ke Rusia paling lambat 29 Desember dan melapor ke kantor FSIN di Moskow, atau dipenjara jika kembali setelah batas waktu itu.

Dalam ultimatum itu, FSIN menuduh Navalny melanggar ketentuan hukuman percobaan yang dijatuhkan terhadapnya sejak tahun 2014, dan menghindari pengawasan otoritas inspeksi kriminal Rusia.

Navalny menegaskan dirinya tidak terpengaruh oleh risiko yang akan dihadapinya ketika dia pulang ke Rusia.

"Tidak pernah menjadi pertanyaan apakah akan kembali atau tidak. Karena saya tidak pernah pergi. Saya berakhir di Jerman setelah tiba dalam ruang perawatan intensif untuk satu alasan: mereka mencoba membunuh saya," tulis Navalny dalam pernyataan via Instagram.

"Rusia adalah negara saya, Moskow adalah kota saya, dan saya merindukannya," tegas Navalny yang berusia 44 tahun ini.

Halaman 2 dari 2
(izt/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads