Kritikus Kremlin asal Rusia, Alexei Navalny termasuk dalam sejumlah nama yang diajukan dalam nominasi peraih Nobel Perdamaian 2021. Pencalonan oposisi Rusia ini didukung oleh anggota parlemen Norwegia yang memiliki rekam jejak dalam memilih pemenang.
Dilansir dari Reuters, Selasa (2/2/2021) ribuan anggota parlemen di seluruh dunia hingga mantan pemenang Nobel berhak untuk mengajukan kandidat. Pencalonan kandidat peraih Nobel ini telah ditutup pada hari Minggu (31/1) waktu setempat.
Direktur Peace Research Institute Oslo, Henrik Urdal menyebut anggota parlemen Norwegia telah menominasikan pemenang setiap tahun sejak 2014, terkecuali 2019.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keputusan akhir pemenang Nobel Perdamaian berada di tangan Komite Nobel Norwegia. Komite tidak mengomentari nominasi dan merahasiakan nama-nama mereka yang mengajukan nominasi maupun para kandidat yang gagal meraih penghargaan bergengsi ini selama 50 tahun.
Navalny, yang dicalonkan oleh akademisi Rusia, dimasukkan ke dalam nominasi karena upayanya untuk demokratisasi damai Rusia.
Pemenang Nobel 2021 akan diumumkan pada bulan Oktober mendatang.
Pengkritik Presiden Vladimir Putin, Alexei Navalny tersebut ditangkap oleh polisi begitu tiba di Rusia dari Jerman usai dirawat karena diduga diracun.
Polisi Rusia telah menangkap kritikus Kremlin itu di bandara Moskow tak lama setelah dia mendarat dalam penerbangan dari Berlin, Jerman.
keputusan untuk pulang ke Rusia ini diumumkan Navalny pada Rabu (13/1) waktu setempat. Hal ini dinilai mengisyaratkan niat Navalny untuk melanjutkan perjuangan politik melawan Presiden Vladimir Putin.
Di sisi lain, kepulangan Navalny akan memicu dilema bagi otoritas Rusia soal bagaimana menangani salah satu pengkritik Putin yang paling menonjol ini.
Sebelumnya pada Desember 2020 lalu, Dinas Penjara Federal Rusia (FSIN) memberikan ultimatum terakhir untuk Navalny yang isinya menyerukan Navalny untuk kembali pulang ke Rusia paling lambat 29 Desember dan melapor ke kantor FSIN di Moskow, atau dipenjara jika kembali setelah batas waktu itu.
Dalam ultimatum itu, FSIN menuduh Navalny melanggar ketentuan hukuman percobaan yang dijatuhkan terhadapnya sejak tahun 2014, dan menghindari pengawasan otoritas inspeksi kriminal Rusia.
Navalny menegaskan dirinya tidak terpengaruh oleh risiko yang akan dihadapinya ketika dia pulang ke Rusia.
"Tidak pernah menjadi pertanyaan apakah akan kembali atau tidak. Karena saya tidak pernah pergi. Saya berakhir di Jerman setelah tiba dalam ruang perawatan intensif untuk satu alasan: mereka mencoba membunuh saya," tulis Navalny dalam pernyataan via Instagram.
"Rusia adalah negara saya, Moskow adalah kota saya, dan saya merindukannya," tegas Navalny yang berusia 44 tahun ini.