Setelah mengejutkan publik dengan menyerukan konstitusi baru untuk Turki, Presiden Recep Tayyip Erdogan kini menyambut semua pihak yang ingin berkontribusi dalam penyusunan konstitusi baru itu.
"Pekerjaan komprehensif seperti itu akan menjadi bermakna dengan keterlibatan semua kelompok di negara ini," cetus Erdogan melalui video conference dengan kongres provinsi Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang kini berkuasa di Turki, seperti dilansir Anadolu Agency, Kamis (4/2/2021).
Erdogan menyatakan bahwa jika AKP mencapai konsensus dengan mitra koalisi pemerintahannya, Partai Gerakan Nasionalis atau MHP, maka 'langkah untuk menyusun konstitusi baru dalam periode mendatang' mungkin dilakukan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita ingin melihat semua kelompok, yang ingin memberikan kontribusi positif dalam proses, dalam upaya untuk konstitusi baru," ucapnya.
Baca juga: Erdogan Siapkan Konstitusi Baru untuk Turki |
Lebih lanjut, Erdogan mengatakan konstitusi baru akan dibangun di atas 'inisiatif sejarah' yang diberikan AKP untuk Turki, terutama sistem presidensial.
Erdogan menekankan bahwa mengesampingkan konstitusi yang telah kehilangan integritas dan konsistensi karena perubahan selama bertahun-tahun, dan menyusun konstitusi baru akan membuka jalan bagi Turki untuk mencapai tujuan beberapa tahun ke depan.
Awal pekan ini, Erdogan menyebut konstitusi lama Turki telah menjadi 'sumber masalah'. Diketahui bahwa konstitusi Turki yang saat ini berlaku telah digunakan sejak tahun 1982. Konstitusi itu dirancang setelah kudeta militer tahun 1980 silam.
Sementara itu, menanggapi dukungan dari pemimpin Partai MHP, Devlet Bahceli, mitra koalisinya, Erdogan menyatakan mereka akan merintis proses bersama-sama dengan MHP di bawah Aliansi Rakyat.
Seruan Erdogan soal konstitusi baru Turki ini memicu spekulasi bahwa dia sedang mencari cara untuk memperpanjang kekuasaannya. Erdogan yang kini berusia 66 tahun, telah memimpin Turki sebagai Presiden Menteri atau Presiden sejak tahun 2002 dan selamat dari upaya kudeta yang gagal.
Erdogan menang pilpres tahun 2018 yang menjadi periode pertama dari dua masa jabatannya selama 5 tahun di bawah konstitusi yang diamandemen. Turki akan menggelar pemilu parlemen dan pilpres kembali pada Juni 2023. Itu berarti pemerintahan Erdogan akan berakhir tahun 2028 jika dia terpilih kembali.