PBB Khawatirkan Muslim Rohingya Usai Kudeta Militer di Myanmar

PBB Khawatirkan Muslim Rohingya Usai Kudeta Militer di Myanmar

Syahidah Izzata Sabiila - detikNews
Selasa, 02 Feb 2021 13:41 WIB
Aung San Suu Kyi  ditahan militer, masa partainya berkuasa ribuan warga Rohingya tepaksa meninggalkan kampung halamanya, simak lagi foto-fotonya.
Muslim Rohingya (Foto: Getty Images)
New York -

Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) khawatir kudeta di Myanmar akan memperburuk keadaan sekitar 600.000 warga muslim Rohingya yang masih berada di negara itu. Hal itu diungkapkan seorang juru bicara PBB pada Senin (1/1) waktu setempat jelang rencana pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB pada Selasa (2/2) waktu setempat.

Dilansir dari Reuters, Selasa (2/2/2021), militer Myanmar merebut kekuasaan dalam kudeta untuk melawan pemerintah Aung San Suu Kyi yang terpilih secara demokratis. Suu Kyi ditahan bersama dengan para pemimpin politik lainnya dalam penggerebekan pada Senin dini hari waktu setempat (1/2).

Sebelumnya pada 2017, militer Myanmar melakukan tindakan keras di negara bagian Rakhine sehingga menyebabkan lebih dari 700.000 muslim Rohingya melarikan diri ke Bangladesh. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dan negara-negara Barat menuduh militer Myanmar melakukan pembersihan etnis, namun hal itu dibantah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ada sekitar 600.000 orang Rohingya yang tetap tinggal di Negara Bagian Rakhine, termasuk 120.000 orang yang dikurung di kamp, mereka tidak dapat bergerak bebas dan memiliki akses yang sangat terbatas ke layanan kesehatan dan pendidikan dasar," kata juru bicara PBB, Stephane Dujarric kepada wartawan.

"Ketakutan kami adalah kudeta dapat memperburuk situasi bagi mereka," imbuhnya.

ADVERTISEMENT

Dewan Keamanan PBB yang beranggotakan 15 negara berencana untuk membahas soal Myanmar dalam pertemuan tertutup pada Selasa ini (2/2) waktu setempat.

"Kami ingin mengatasi ancaman jangka panjang terhadap perdamaian dan keamanan, bekerja sama dengan negara tetangga Myanmar di Asia dan ASEAN," kata Duta Besar Inggris untuk PBB Barbara Woodward.

China, yang didukung oleh Rusia, melindungi Myanmar dari tindakan Dewan Keamanan PBB setelah penumpasan militer tahun 2017. China dan Rusia, bersama dengan Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat, memiliki hak veto untuk menggagalkan setiap resolusi Dewan Keamanan PBB.

Misi China di PBB mengatakan kepada Reuters bahwa mereka berharap untuk mengetahui lebih banyak tentang perkembangan terbaru di Myanmar dari pengarahan Dewan Keamanan pada hari Selasa (2/2).

"Kami juga berharap bahwa setiap langkah Dewan Keamanan akan kondusif bagi stabilitas Myanmar daripada membuat situasi menjadi lebih rumit," kata juru bicara misi PBB di China.

Militer Myanmar telah menahan Aung San Suu Kyi dan pejabat lainnya sebagai tanggapan atas kecurangan pemilu pada November 2020 lalu. Militer mengambil alih kekuasaan dan menyerahkan kepada panglima militer, Jenderal Min Aung Hlaing dan memberlakukan keadaan darurat selama satu tahun.

Halaman 2 dari 2
(izt/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads