Otoritas Bangladesh kembali memindahkan ribuan pengungsi Rohingya ke pulau terpencil yang kontroversial di Teluk Benggala pada pekan ini. Pemindahan ini tetap dilakukan meski ada keluhan dari para pengungsi Rohingya yang sudah terlebih dulu dipindahkan ke sana.
Seperti dilansir AFP, Jumat (29/1/2021), otoritas setempat menyebut total lebih dari 3 ribu pengungsi Rohingya akan dibawa dengan kapal ke pulau Bhashan Char pada Jumat (29/1) dan Sabtu (30/1) waktu setempat, dari kamp yang penuh sesak di perbatasan Bangladesh dan Myanmar.
Untuk hari Jumat (29/1) sendiri, otoritas Bangladesh menyebut ada lebih dari 1.750 pengungsi Rohingya yang dipindahkan ke pulau terpencil itu. Sisanya akan dipindahkan pada Sabtu (30/1) besok.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebuah kapal Angkatan Laut Bangladesh yang penuh dengan pengungsi di dek atasnya, telah berangkat dari kota pelabuhan Chittagong pada Jumat (29/1) waktu setempat.
Bangladesh berjuang untuk mengurusi lebih dari 700 ribu pengungsi Rohingya yang melarikan diri melintasi perbatasan tahun 2017 lalu, setelah militer Myanmar melancarkan operasi militer terhadap etnis minoritas Muslim itu. Jumlah itu semakin menambah jumlah pengungsi yang ditampung di kamp-kamp Bangladesh -- sekitar 300 ribu pengungsi Rohingya lainnya sudah terlebih dulu mengungsi.
Dengan kedatangan gelombang baru ke pulau Bhashan Char, maka saat ini sudah ada sekitar 7 ribu pengungsi Rohingya yang menghuni pulau seluas 5.200 hektare itu. Pemerintah Bangladesh sebelumnya menyatakan sekitar 100 ribu orang bisa menghuni pulau terpencil itu.
Kelompok-kelompok HAM menuturkan banyak pengungsi Rohingya yang dipindahkan di luar keinginan mereka dan menyuarakan keprihatinan atas keamanan pulau tersebut. Ditambah lagi, pulau terpencil itu rutin dilanda banjir saat musim topan dan musim penghujan.
Otoritas Bangladesh ingin memindahkan sebanyak mungkin pengungsi Rohingya ke pulau itu sebelum musim topan dimulai pada April mendatang.
Tidak hanya itu, keluhan juga datang dari pengungsi Rohingya yang telah menghuni pulau itu. Beberapa mengeluhkan kurangnya kesempatan bekerja di sana.
Koresponden AFP berbicara dengan empat pengungsi Rohingya di pulau itu, yang mengungkapkan rasa frustrasinya terkait peluang kerja.
"Ini menjadi kehidupan lebih baik bagi kami di Bhashan Char jika dibandingkan dengan kamp Kutupalong. Tapi beberapa orang masih tidak senang," tutur seorang pengungsi berusia 38 tahun yang enggan menyebut namanya.
"Masalah di pulau ini adalah kami tidak bisa bekerja dengan bebas dan menghasilkan uang," imbuhnya.
Diketahui bahwa di kamp Kutupalong, badan kemanusiaan mempekerjakan lebih banyak orang dan ada transaksi perdagangan lokal. Otoritas Bangladesh menyatakan bahwa otoritas terkait telah meluncurkan program pelatihan berdagang dan keterampilan untuk para pengungsi Rohingya di pulau itu.
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) secara terpisah menegaskan bahwa relokasi itu harus dilakukan secara sukarela. PBB mengakui pihaknya tidak mendapat izin untuk terlibat dalam operasi pemindahan itu.