Dunia gemerlap malam di Wuhan, China, kembali hidup setelah hampir setahun ditutup akibat lockdown virus Corona (COVID-19). Anak muda di Wuhan mulai kembali menikmati hiburan malam setelah berjuang melawan pandemi COVID-19 yang melanda kota dengan populasi 11 juta jiwa itu.
Seperti dilansir AFP, Jumat (22/2/2021), ketika dunia masih diselimuti lockdown dan lonjakan kasus Corona, anak muda di Wuhan menikmati kebebasan mereka yang diperoleh dengan susah payah. Pekan ini, salah satu kelab malam besar di pusat kota Wuhan yang bernama Super Monkey mulai beroperasi, tanpa aturan dress code atau daftar VIP.
Pengunjung yang masuk diwajibkan memakai masker dan melakukan pemeriksaan suhu sebelumnya. Di dalam kelab malam, pengunjung bersantai di lantai dansa dengan aturan yang tergolong longgar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski diwajibkan menggunakan masker saat masuk, para DJ dan pengunjung klub langsung melepasnya saat mengobrol, menari, atau merokok.
Kebanyakan pengunjung kelab malam mengaku lega bisa kembali pergi keluar rumah setelah menjalani karantina hampir setahun setelah virus Corona terdeteksi di kota itu.
"Saya terjebak selama dua atau tiga bulan. Negara memerangi virus dengan sangat baik, dan sekarang saya bisa keluar dengan tenang sepenuhnya," kata seorang pria berusia tiga puluhan, yang mengidentifikasi dirinya sebagai Xu, kepada AFP.
Seorang pengunjung lain, Chen Qiang (20), memuji Partai Komunis China karena dinilainya bisa memberantas virus itu, meski kasus Corona dilaporkan melonjak di beberapa wilayah lainnya dalam beberapa hari terakhir.
"Pemerintah China itu baik. Pemerintah China melakukan segalanya untuk rakyatnya, dan rakyatnya adalah yang tertinggi. Ini berbeda dengan negara-negara asing," katanya.
Media pemerintah Beijing diketahui terus mengulas soal kegagalan pemerintah negara Barat dalam mengatasi virus Corona, dan membandingkan kekacauan di luar negeri dengan kembalinya China ke kondisi normal setelah COVID-19.
Meski sudah diperbolehkan melakukan kegiatan, Chen mengakui keadaan kelab malam jauh lebih sepi dibanding sebelum pandemi. Manajer sebuah kelab malam setempat, Li Bo, menuturkan bahwa pandemi Corona telah menghantam industrinya dengan keras.
"Dibandingkan dengan lockdown di negara lain, negara kami setidaknya setengah terbuka, tetapi konsumen masih merasa tidak nyaman," katanya kepada AFP. Pihaknya memperkirakan terjadi penurunan pengunjung sekitar 60 hingga 70 persen.
(izt/nvc)