Menteri Pendidikan Inggris, Gavin Williamson menyebut lockdown yang diterapkan Inggris berdampak dalam mengurangi tekanan pada Layanan Kesehatan Nasional (NHS). Diketahui Inggris kini sedang mencoba membendung gelombang kedua virus Corona di tengah musim dingin.
Melansir dari Reuters, Kamis (21/1/2021), Inggris mencatatkan rekor baru kematian harian pada Rabu (20/1) kemarin. Angka tersebut disebut Perdana Menteri Boris Johnson "mengerikan". Johson menambahkan bahwa dengan mengurangi kasus infeksi Corona, jumlah kematian juga harus turun.
Survei yang dilakukan Imperial College London menunjukkan angka infeksi Corona belum turun di awal-awal lockdown. Pemerintah menyebut dampak pembatasan nasional yang diberlakukan sejak 5 Januari itu tidak tercermin dalam angka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara kematian terus meningkat, jumlah kasus baru di Inggris telah menurun dari 68.000 kasus pada 8 Januari menjadi 38.000 kasus.
"Bukti yang kita lihat adalah bahwa sebenarnya itu telah berdampak dalam mengurangi sebagian tekanan pada NHS," kata Williamson kepada media Sky News, seraya menambahkan bahwa pemerintah telah memeriksa semua bukti yang tersedia.
Lockdown nasional ketiga di Inggris telah membuat bar, restoran, dan sebagian besar sekolah tutup, dan hanya mengizinkan toko-toko penting yang buka.
Lockdown diperkirakan akan berlangsung hingga setidaknya pertengahan Februari mendatang. Williamson mengatakan pemerintah akan memprioritaskan pembukaan kembali sekolah, yang nantinya diberitahukan dua minggu sebelum dimulai.
Para menteri telah mengimbau masyarakat Inggris untuk tetap di rumah sesering mungkin untuk mencegah rumah sakit kewalahan, dan memberikan waktu kepada pihak berwenang untuk meluncurkan vaksin COVID-19 kepada lansia dan mereka yang berisiko tertinggi.
Pandemi telah menambah tekanan musim dingin pada layanan kesehatan. Penasihat ilmiah pemerintah bahkan menggambarkan beberapa rumah sakit tampak seperti zona perang.
Joe Harrison, kepala eksekutif Milton Keynes University Hospital NHS Foundation Trust, mengatakan rumah sakit itu mengalami lonjakan pasien lebih dari dua kali lipat pada gelombang kedua ini dibanding saat gelombang pertama, di mana saat ini terdapat 186 pasien COVID-19.
"Kami percaya bahwa selama seminggu ke depan, kami akan terus melihat tekanan nyata di unit perawatan kritis kami," katanya kepada Reuters.
"Dan semoga segalanya akan mulai membaik," harapnya.
(izt/ita)