Harun Yahya Pernah Dukung Erdogan, Tolak Dikaitkan dengan Fethullah Gulen

Harun Yahya Pernah Dukung Erdogan, Tolak Dikaitkan dengan Fethullah Gulen

Rakhmad Hidayatulloh Permana - detikNews
Sabtu, 16 Jan 2021 21:10 WIB
Adnan Oktar alias Harun Yahya dihukum 1.075 tahun penjara atas kejahatan seksnya. Ia terbukti memperkosa para pengikutnya atau dikenal dengan sebutan kittens.
Foto: Harun Yahya (AP Photo/Emrah Gurel)
Ankara -

Adnan Oktar alias Harun Yahya divonis hukuman penjara 1.075 tahun oleh pengadilan Istanbul di Turki. Harun Yahya menolak dakwaan dikaitkan dengan kelompok Fethullah Gulen. Harun Yahya juga pernah mendukung Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

Seperti dilansir AFP dan media lokal Turki, Daily Sabah, Sabtu (16/1/2021), dalam pembelaan akhir di sidang, Oktar menyampaikan bantahan terhadap dakwaan-dakwaan yang dijeratkan padanya. Pada Senin (11/1) waktu setempat, Oktar dijatuhi vonis total 1.075 tahun 3 bulan penjara oleh pengadilan Istanbul.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia dinyatakan bersalah atas berbagai tindak pidana mulai dari mendirikan dan memimpin organisasi kriminal, melakukan spionase politik atau militer, membantu Gulen, melakukan pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur, penganiayaan seksual, merampas kebebasan orang lain, penyiksaan, mengganggu hak atas pendidikan, mencatat data pribadi dan membuat ancaman.

ADVERTISEMENT

Terkait dakwaan terlibat dengan kelompok Fethullah Gulen dan dakwaan spionase, Harun Yahya menolak dakwaan itu. Dia menyalahkan konspirasi melawan dirinya oleh 'kekuatan tertentu'.

Di hadapan hakim pada Desember lalu, Oktar mengklaim memiliki 'hampir 1.000 kekasih' saat menyangkal dakwaan pelecehan seksual.

Pada Oktober tahun lalu, Oktar menyebut dirinya memiliki 'luapan cinta untuk wanita-wanita'.

"Ada luapan cinta di hati saya untuk wanita. Cinta adalah kualitas manusia. Itu kualitas seorang Muslim," ucap Oktar dalam sidang saat itu.

Dalam sidang lainnya, Oktar menyampaikan komentar berbunyi: "Saya luar biasa kuat."

Oktar juga menyangkal dakwaan mengelola organisasi kriminal yang dijeratkan padanya, dengan mengklaim dirinya hanya memiliki banyak sekali teman.

Selain itu, seperti dilansir BBC, Harun Yahya juga merupakan pendukung Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meskipun dirinya menolak sistem presidensial.

Oktar diadili bersama 236 terdakwa lainnya sejak September 2019. Dia bersama puluhan pengikutnya ditangkap dalam serangkaian operasi nasional tahun 2018 lalu. Dakwaan setebal 499 halaman menggambarkan Oktar dan pengikutnya sebagai geng kriminal yang berkembang pesat dalam pemerasan, pencucian uang dan serentetan tindak kejahatan lainnya.

Jaksa Turki dalam dakwaannya menyebut organisasi yang dipimpin Oktar terlibat dalam skema perekrutan sejak akhir tahun 1990-an. Dalam praktiknya, organisasi ini disebut mencuci otak wanita-wanita muda yang bergabung dengan mereka, dengan dalih ajaran agama.

Salah satu wanita yang menjadi korban, yang berinisial CC, menuturkan ke pengadilan bahwa Oktar berulang kali melakukan pelecehan seksual terhadapnya dan beberapa wanita lainnya. CC mengaku bergabung dengan organisasi yang dipimpin Oktar sejak dia berusia 17 tahun.

Bahkan menurut CC, beberapa wanita yang diperkosa Oktar dipaksa meminum pil kontrasepsi. Saat ditanya oleh polisi soal temuan 69 ribu pil kontrasepsi di dalam rumahnya, Oktar menjawab pil-pil itu dipakai untuk mengobati masalah kulit dan gangguan menstruasi.

Oktar pertama kali menjadi perhatian publik tahun 1990-an saat dia disebut menjadi pemimpin sekte yang terlibat berbagai skandal seks. Saluran televisi online miliknya, A9, mulai mengudara tahun 2011 dan memicu kecaman dari pemimpin agama di Turki. Saluran televisi itu sering didenda oleh pengawas media Turki, RTUK, dan akhirnya disita oleh negara serta ditutup usai polisi menindak tegas kelompok Oktar.

Dalam acara televisinya itu, Oktar kerap didampingi wanita-wanita muda berpakaian seksi yang dipanggilnya 'kittens' saat membahas agama dengan diwarnai tarian. Belakangan terungkap bahwa para 'kittens' itu juga menjadi korban pemerkosaan dan pelecehan seksual.

Menurut jaksa penuntut, Oktar lebih dari seorang pria yang memberikan ceramah bertele-tele tentang agama dan teori konspirasi sambil dikelilingi oleh pria dan wanita muda berpakaian menarik dengan riasan tebal.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads