Twitter mengumumkan bahwa pihaknya telah menangguhkan "lebih dari 70.000 akun" yang terkait dengan teori konspirasi QAnon pro-Donald Trump. Penangguhan ini menyusul serangan terhadap gedung Capitol AS oleh gerombolan pendukung Presiden Donald Trump.
Dilansir AFP, Selasa (12/1/2021) perusahaan jejaring sosial tersebut memulai pembersihannya pada hari Jumat (8/11), tak lama setelah akun Trump ditangguhkan secara permanen karena bahasa yang dapat memicu kekerasan.
"Sejak Jumat, lebih dari 70.000 akun telah ditangguhkan sebagai hasil dari upaya kami, dengan banyak contoh dari satu individu yang mengoperasikan banyak akun," kata Twitter dalam sebuah postingan blog.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Akun ini terlibat dalam berbagai konten berbahaya terkait QAnon dalam skala besar dan terutama didedikasikan untuk penyebaran teori konspirasi ini di seluruh layanan," lanjut Twitter.
Teori konspirasi sayap kanan QAnon mengklaim Trump melancarkan perang rahasia melawan kultus liberal global pedofil pemuja setan.
Sebagian besar platform media sosial utama telah mengambil tindakan sejak pendukung Trump menyerbu gedung Capitol pada Rabu (6/1) untuk menghentikan Kongres yang tengah bersidang untuk mengesahkan kemenangan presiden terpilih Joe Biden. Penyerbuan ini mengejutkan AS dan menodai citra internasionalnya.
Facebook dan Twitter sama-sama telah menangguhkan akun Trump tanpa batas waktu, yang menolak menerima hasil pemilu 3 November dan menyebarkan teori tak berdasar bahwa pemungutan suara itu dicurangi.
Kedua platform tersebut merujuk pada risiko kekerasan di masa depan, terutama sebelum pelantikan Biden pada 20 Januari mendatang.
Twitter mengatakan pihaknya juga memperhitungkan bahwa rencana untuk aksi protes bersenjata telah berkembang di dalam dan di luar Twitter, termasuk serangan kedua yang rencananya akan dilakukan di Gedung Capitol AS dan gedung DPR negara bagian pada 17 Januari.
Jejaring sosial adalah megafon pilihan Trump, dan akunnya memiliki 88 juta pelanggan saat ditangguhkan.