Hanya sedikit pendukung Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, yang hadir dalam unjuk rasa di kantor pusat Twitter di San Francisco, AS. Unjuk rasa ini memprotes larangan yang diterapkan Twitter terhadap akun milik Trump, setelah dia diduga menghasut pendukungnya yang menyerbu Gedung Capitol AS.
Seperti dilansir AFP, Selasa (12/1/2021), pesan yang diposting akhir pekan lalu pada forum sayap kanan jauh yang populer, TheDonald.win, menyerukan para 'aktivis pro-Trump' untuk berkumpul di luar markas besar Twitter pada Senin (11/1) waktu setempat untuk menggelar aksi protes.
Salah satu user dalam forum itu, seperti dilaporkan media lokal, San Francisco Chronicle, bahkan mendorong para partisipan untuk membawa zip ties atau pengikat untuk 'menangkap pelaku kekerasan'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepolisian setempat mengerahkan puluhan personelnya untuk mengawal unjuk rasa itu dan memasang barikade keamanan di sekitar lokasi. Namun ternyata, hanya sedikit demonstran pro-Trump yang datang. Jumlah pastinya tidak disebut lebih lanjut.
"Saya tidak suka disensor. Dan saya merasa suara-suara konservatif disensor," ucap salah satu demonstran pro-Trump kepada televisi lokal KTVU.
Seorang pria bernama Kenneth Lundgreen (71) turut hadir sebagai massa kontra unjuk rasa itu. Kepada San Francisco Chronicle, Lundgreen bahwa dirinya ingin 'bertindak sebagai penyeimbang' jika ada kerumunan seperti yang menyerbu Gedung Capitol AS di Washington DC pada 6 Januari lalu.
Saat unjuk rasa digelar, kantor Twitter cenderung sepi karena sebagian besar pegawainya bekerja dari rumah di tengah pandemi virus Corona (COVID-19).
Pihak Twitter melarang secara permanen akun Twitter milik Trump yang memiliki 88 juta followers, setelah terjadi kerusuhan di Gedung Capitol AS yang didalangi massa pro-Trump. Dalam pernyataannya, pihak Twitter menyebut akun Trump melanggar aturan dan berisiko memicu 'penghasutan kekerasan lebih lanjut'.
Menanggapi larangan itu, Trump menuduh Twitter berkonspirasi dengan kelompok 'Radikal Kiri'. Selain Twitter, platform media sosial lainnya seperti Facebook dan Snapchat juga menangguhkan akun Trump.