Presiden Meksiko, Andres Manuel Lopez Obrador, menawarkan suaka politik kepada pendiri WikiLeaks, Julian Assange. Tawaran ini disampaikan setelah hakim Inggris menolak permohonan ekstradisi yang diajukan Amerika Serikat (AS).
Seperti dilansir Reuters, Selasa (5/1/2021), tawaran yang disampaikan Lopez Obrador itu berpotensi membuat marah AS yang terus mengupayakan ekstradisi Assange terkait sejumlah tuduhan pelanggaran hukum terkait publikasi sejumlah besar data rahasia militer AS dan kawat diplomatik.
Hakim Inggris dalam putusannya pada Senin (4/1) waktu setempat, menyatakan Assange tidak seharusnya diekstradisi ke AS karena dia menderita gangguan kesehatan mental yang membuat berisiko melakukan bunuh diri jika ditahan di penjara berkeamanan ketat di AS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Merayakan putusan hakim Inggris, Lopez Obrador mengatakan dirinya ingin Menteri Luar Negeri Meksiko menanyakan ke Inggris apakah bisa negara itu membebaskan Assange agar Meksiko bisa menawarkan suaka kepadanya.
"Assange adalah seorang jurnalis dan pantas mendapat kesempatan. Kami akan memberinya perlindungan," cetus Lopez Obrador.
Tawaran Lopez Obrador ini memicu kritikan dan disebut sebagai isyarat tidak diplomatis karena Presiden terpilih AS, Joe Biden, akan segera mengambil alih kepemimpinan dari Presiden Donald Trump.
Diketahui bahwa permohonan ekstradisi diajukan AS di bawah pemerintahan Trump, yang ingin mengadili Assange. Sementara pemerintahan AS sebelumnya di bawah Barack Obama -- di mana Biden menjadi wakilnya -- telah memilih untuk tidak menuntut Assange.
"Lopez Obrador tampaknya berupaya merusak hubungan AS saat Joe Biden bersiap menjabat," ucap Mark Feierstein yang merupakan mantan pejabat pemerintahan Obama.
Lopez Obrador sebelumnya sempat membela Assange, dengan mendorong Inggris untuk membebaskannya pada Januari tahun lalu dan menyebut penahanannya sebagai 'penyiksaan'. Dia juga menyebut dokumen-dokumen WikiLeaks telah menunjukkan cara kerja 'otoriter' dunia.
Seorang pejabat Meksiko yang enggan disebut namanya, menyebut tawaran suaka itu memberikan pesan bahwa Meksiko akan mengambil kebijakan luar negeri independen dengan pemerintahan AS selanjutnya.
Menurut pejabat tersebut, hal itu juga bisa mendorong Lopez Obrador untuk memposisikan dirinya sebagai pejuang kebebasan berbicara.
Namun Feierstein menyebut hal itu ironis, karena Lopez Obrador telah secara rutin menyerang jurnalis-jurnalis Meksiko yang berupaya meminta pertanggungjawaban pemerintahannya, dan sekarang dia mendukung orang yang bekerja dengan peretas untuk memperlakukan AS.
Pada November tahun lalu, seorang pejabat senior Meksiko menyebut tahun 2020 merupakan tahun paling penuh kekerasan terhadap jurnalis di Meksiko, setidaknya dalam satu dekade terakhir, dengan 19 jurnalis tewas dibunuh.