Rusia pada hari Sabtu (26/12) ini telah mencatat lebih dari tiga juta kasus infeksi virus Corona yang dikonfirmasi. Sejauh ini pihak berwenang menolak untuk memberlakukan kembali lockdown (penguncian) nasional sementara negara itu dilanda gelombang kedua wabah Corona.
Seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (26/12/2020), angka resmi menunjukkan sebanyak 3.021.964 kasus infeksi Corona telah terdeteksi, dengan 54.226 kematian.
Dalam 24 jam terakhir, tercatat 29.258 kasus infeksi baru dan 567 kematian terdaftar di Rusia. Ini menjadikan Rusia sebagai negara keempat yang paling terpukul akibat pandemi Corona di seluruh dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak musim dingin dimulai, setiap minggu telah membawa rekor baru untuk kasus infeksi dan kematian baru, dengan pusat lonjakan kasus di Moskow, ibu kota Rusia dan kota terbesar kedua Saint Petersburg.
Daerah-daerah yang lebih miskin di negara itu, yang seringkali kurang dilengkapi dengan fasilitas medis, juga melaporkan gambaran yang meresahkan.
Namun demikian, angka resmi menunjukkan tingkat kematian akibat Corona yang lebih rendah di Rusia daripada di Eropa Barat atau Amerika Serikat, sesuatu yang dibanggakan oleh Presiden Vladimir Putin selama berbulan-bulan.
Putin mengatakan pekan lalu pada konferensi pers tahunan, bahwa Rusia telah melakukan pekerjaan yang "lebih baik" dalam menangani pandemi daripada negara-negara Barat.
Tetapi pihak berwenang Rusia hanya menghitung kematian karena COVID-19 dari hasil otopsi yang mengonfirmasi bahwa virus Corona adalah penyebab utamanya.
Dan antara Maret dan Oktober, ada kelebihan 165.000 kematian dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019, menunjukkan jumlah korban sebenarnya dari pandemi jauh lebih tinggi daripada yang diakui pihak berwenang.
Berusaha untuk melindungi ekonomi yang menderita, Moskow sejauh ini menolak untuk memerintahkan lockdown nasional. Sebagai gantinya, negara itu bertujuan untuk melindungi orang-orang dengan vaksinasi massal menggunakan vaksin Sputnik V buatan sendiri.
Menteri Kesehatan Mikhail Murashko mengatakan di TV publik bahwa vaksin itu "aman dan efektif" untuk penggunaan umum, dan juga diizinkan untuk diberikan kepada mereka yang berusia di atas 60-an tahun.