Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus siap jika harus disuntik vaksin virus Corona (COVID-19) di depan kamera demi meyakinkan publik. Dia merasa senang bisa ambil bagian dalam hal ini.
Selain itu, Tedros juga memuji mantan Presiden Amerika Serikat (AS) yang bersedia divaksin di depan umum untuk membuktikan keamanannya.
Seperti dilansir AFP, Sabtu (5/12/2020), saat ditanyai wartawan soal kesediaan tiga mantan Presiden AS untuk disuntik vaksin Corona di depan kamera demi meyakinkan publik, Tedros menyatakan dirinya menyambut baik. Ketiga mantan Presiden AS itu terdiri atas Bill Clinton, George W Bush dan Barack Obama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Presiden terpilih AS, Joe Biden, juga sebelumnya menyatakan dirinya 'senang' untuk disuntik vaksin Corona di depan kamera untuk tujuan yang sama.
"Itu gagasan yang baik... Saya pikir itu sangat baik bahwa mereka telah menunjukkan komitmen mereka. Mereka bisa mempengaruhi (publik)," sebut Tedros.
"Mereka adalah para influencer," sambungnya.
Kemudian saat ditanya lebih lanjut apakah dirinya akan melakukan hal yang sama, Tedros menjawab: "Saya akan senang untuk melakukan hal yang sama. Saya akan senang melakukannya."
Apakah Bos WHO ini benar-benar siap untuk disuntik vaksin Corona? Silakan klik halaman selanjutnya.
Kendati demikian, Tedros menekankan bahwa dirinya akan mengantre giliran untuk divaksin dan tidak akan mengambil tempat orang lain yang lebih membutuhkan vaksin Corona dibanding dirinya. Hal ini menggarisbawahi seruan WHO agar vaksin Corona didistribusikan secara adil.
"Saya perlu memastikan bahwa itu giliran saya. Saya tidak ingin mengambil vaksin milik siapapun," tegasnya.
Diketahui bahwa mulai dari Clinton, Bush, Obama dan Biden juga sama-sama menyatakan bersedia disuntik vaksin Corona di depan kamera pada saat giliran mereka menerima vaksin. Ditegaskan tiga mantan Presiden AS dan Presiden terpilih AS itu bahwa mereka akan mengantre untuk mendapatkan vaksin Corona sesuai dengan prioritas yang ditetapkan otoritas kesehatan AS nantinya.
Pada Rabu (2/12) waktu setempat, Inggris menjadi negara Barat pertama yang menyetujui vaksin Corona, tepatnya vaksin buatan Pfizer-BioNTech, untuk penggunaan umum. Hal ini menambah tekanan pada negara-negara lain untuk segera mengikutinya.
Namun, para pakar menyuarakan kekhawatiran soal meningkatnya keraguan publik terhadap vaksin Corona, dengan adanya informasi keliru dan ketidakpercayaan masyarakat terhadap kemajuan ilmiah soal vaksin.
Laporan WHO yang dirilis Jumat (4/12) waktu setempat menyoroti bahwa 'memanfaatkan pengaruh sosial' dengan membuat orang-orang 'sangat dipercaya' agar bersedia disuntik vaksin Corona untuk membantu meningkatkan penerimaan dan penggunaan vaksin tersebut.