Seorang pejabat senior pemerintahan Amerika Serikat (AS) menyebut Israel berada di balik pembunuhan ilmuwan nuklir terkemuka Iran. Pejabat ini menyebut sang ilmuwan Iran telah sejak lama menjadi target Israel.
Seperti dilansir CNN, Kamis (3/12/2020), hal tersebut disampaikan oleh seorang pejabat senior AS yang enggan disebut namanya. Ilmuwan nuklir Iran yang bernama Mohsen Fakhrizadeh tewas dalam baku tembak di Teheran pada Jumat (27/11) pekan lalu.
Dituturkan pejabat senior AS tersebut bahwa di masa lalu, Israel telah membagikan informasi dengan AS soal target dan operasi rahasia mereka sebelum melakukannya. Namun untuk kasus ini, pejabat AS ini tidak menjelaskan lebih lanjut apakah Israel melakukan hal yang sama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pejabat AS ini menolak untuk menjelaskan lebih lanjut apakah pemerintahan Presiden Donald Trump mengetahui soal serangan terhadap Fakhrizadeh sebelum itu terjadi atau apakah pemerintahan Trump turut memberikan dukungan.
Pejabat senior AS ini hanya menyebut bahwa Fakhrizadeh telah menjadi target Israel sejak lama.
Media terkemuka AS, The New York Times, menjadi yang pertama melaporkan bahwa seorang pejabat AS menyebut Israel ada di balik pembunuhan Fakhrizadeh.
Otoritas Iran menyalahkan Israel atas pembunuhan Fakhrizadeh dan menyebut serangan bersenjata yang menewaskan sang ilmuwan memiliki ciri khas intelijen Israel, Mossad.
Sementara Iran tidak memberikan bukti soal keterlibatan Israel, otoritas Israel tidak membantah atau mengklaim bertanggung jawab atas kematian Fakhrizadeh.
Sementara itu, pejabat AS yang sama menyebut bahwa level ancaman terhadap warga AS di kawasan Timur Tengah dilaporkan tidak meningkat sejak pembunuhan Fakhrizadeh, terutama karena Iran menyalahkan Israel atas pembunuhan itu. Namun AS meyakini Iran masih belum akan membalaskan kematian Jenderal Qassem Soleimani, pemimpin pasukan elite Iran, dan hal itu menjadi ranah komunitas intelijen As untuk diawasi saat ini.
Menurut pejabat senior ini, pemerintah AS memperkirakan kemungkinan aksi balasan Iran sekitar 3 Januari tahun depan saat peringatan satu tahun kematian Soleimani. Namun dijelaskan pejabat AS ini bahwa opsi Iran terbatas karena pelantikan Presiden terpilih AS, Joe Biden, akan digelar dua pekan setelah tanggal tersebut.
Langkah Iran untuk mengambil tindakan keras terhadap as -- terutama membunuh warga AS -- akan mempersulit Biden untuk mencabut sanksi terhadap Iran ketika dia resmi menjabat. Namun jika Iran tidak melakukan apa-apa, ancaman aksi balas dendam mereka akan terlihat hampa secara domestik dan oleh para pemain di kawasan.