Presiden Peru yang baru, Francisco Sagasti, telah dilantik pada hari Selasa (17/11) di sesi khusus Kongres. Presiden berusia 76 tahun itu ditugaskan untuk menyelesaikan krisis politik yang telah melumpuhkan negara Amerika Selatan itu.
Dilansir AFP, Rabu (18/11/2020) Sagasti yang berasal dari partai sentris Morado, akan menjabat sebagai presiden sementara hingga akhir Juli 2021. Dia akan menyelesaikan mandat Martin Vizcarra, yang pemakzulannya oleh Kongres Senin (10/11) lalu memicu krisis bak bola salju.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Krisis Politik di Peru |
Pendahulunya, mantan ketua Kongres Manuel Merino, dipaksa mengundurkan diri pada hari Minggu (11/11) setelah aksi demonstrasi berhari-hari memuncak dengan kematian dua orang.
Dalam pelantikannya, Sagasti meminta "pengampunan atas nama negara" dari keluarga dua demonstran muda yang tewas pada hari Sabtu (14/11), tampaknya di tangan polisi.
"Kami tidak bisa menghidupkan kembali orang-orang muda ini," katanya dalam pidatonya di depan Kongres.
Sementara itu, para demonstran juga menyerukan protesnya. "Kami semua, kaum muda, merasa bahwa kami telah membuat pencapaian kecil, tetapi itu tidak cukup," kata Geraldine Aldave, seorang perancang busana berusia 22 tahun yang ikut dalam protes yang menyerukan pemecatan Merino.
"Presiden ini harus melakukan sesuatu untuk menjaga demokrasi, tapi mulai April, dari pemilu, terserah kita," cetusnya.
Sementara itu, Analis politik Augusto Alvarez Rodrich mengatakan pengelolaan "pandemi virus Corona, pemulihan ekonomi dan pelaksanaan pemilihan umum 11 April secara transparan" adalah prioritas yang dihadapi presiden baru.
Beberapa anggota parlemen mempertanyakan pemakzulan Vizcarra di tengah pandemi virus Corona dan resesi yang melumpuhkan. Namun menurut Rodrich, Sagasti akan membawa "momen stabilitas politik dan ekonomi" bagi negara.
Apa tugas presiden baru Peru ke depannya? Silakan klik halaman selanjutnya.
Menurutnya, tugas utama utama presiden baru adalah membangun kapal politik yang berbatu.
Dari delapan presiden yang dimiliki Peru sejak akhir rezim militer negara itu pada tahun 1985, tujuh di antaranya telah dihukum atau terlibat dalam skandal atau telah dibuka penyelidikan terhadap mereka.
Alberto Fujimori menjalani hukuman atas kejahatan terhadap kemanusiaan dan korupsi. Alan Garcia, Alejandro Toledo, Ollanta Humala dan Pedro Pablo Kuczynski semuanya terlibat dalam skandal suap raksasa Odebrecht.
Garcia bunuh diri saat polisi memasuki rumahnya untuk menangkapnya.
Vizcarra sedang diselidiki atas dugaan penyuapan ketika dia menjadi gubernur, dan jaksa penuntut telah membuka penyelidikan terhadap Merino atas kematian kedua demonstran.
Hanya Velentin Paniagua, yang menjadi presiden selama delapan bulan pada tahun 2000, yang lolos dari penuntutan.