Partai Republik Harus Jelaskan ke Warga AS Soal Trump Kalah Pilpres

Partai Republik Harus Jelaskan ke Warga AS Soal Trump Kalah Pilpres

Novi Christiastuti - detikNews
Senin, 16 Nov 2020 18:21 WIB
FILE PHOTO: Former U.S. Ambassador to the United Nations John Bolton speaks at the Conservative Political Action Conference (CPAC) in Oxon Hill, Maryland, U.S. February 24, 2017. REUTERS/Joshua Roberts/File Photo
John Bolton (REUTERS/Joshua Roberts/File Photo)
Washington DC -

John Bolton, yang merupakan mantan penasihat keamanan nasional untuk Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mendorong para pemimpin Partai Republik untuk mengakui hasil pilpres AS 2020 dan menjelaskan kekalahan Trump kepada para pendukung mereka.

Seperti dilansir ABC News, Senin (16/11/2020), Bolton juga meminta Partai Republik untuk tidak terus berusaha menyenangkan Trump yang berkali-kali melontarkan tuduhan tak berdasarkan soal kecurangan pilpres.

"Saya pikir semakin hari, semakin jelas bahwa tidak ada bukti," ucap Bolton dalam wawancara dengan program televisi ABC, 'This Week', merujuk pada klaim Trump yang menyebut kemenangan Presiden terpilih AS, Joe Biden, tidak sah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tapi jika para pemilih Partai Republik hanya mendengar misrepresentasi (pernyataan menyesatkan-red) Donald Trump, tidak mengherankan jika mereka mempercayainya," sebutnya.

"Sangat penting bagi para pemimpin Partai Republik lainnya untuk berdiri dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi: Donald Trump kalah dalam, dengan bukti yang kita miliki sejauh ini, apa yang merupakan pemilu yang bebas dan adil," tegas Bolton.

ADVERTISEMENT

Bolton kerap mengkritik Trump setelah meninggalkan jabatan Penasihat Keamanan Nasional pada September 2019 lalu.

Dia diketahui sempat menjadi penasihat veteran untuk pemerintahan mendiang Presiden Ronald Reagan, pemerintahan mendiang Presiden George HW Bush dan pemerintahan Presiden George W Bush. Di bawah pemerintahan Presiden George W Bush, Bolton pernah menjabat Duta Besar AS untuk PBB dan sebelum itu menjabat Wakil Menteri Luar Negeri AS untuk Pengendalian Senjata dan Urusan Keamanan Internasional.

Dalam pernyataannya, Bolton kembali mengkritik Trump atas langkah hukum yang diambilnya terhadap hasil pilpres tahun ini.

"Saya tahu betapa susahnya untuk datang dan pergi. Dan setiap hari dia menundanya (transisi) dengan dalih bahwa dirinya hanya meminta hak legalnya pada akhirnya akan merugikan negara, khususnya pada sektor keamanan nasional, dan saya pikir terkait pandemi virus Corona dan distribusi vaksin yang efektif dan berbagai hal lain juga," ucapnya.

Lebih lanjut, Bolton menyatakan bahwa posisi Trump pasca-pilpres tahun ini sangat menunjukkan karakternya. Namun, Bolton meyakini bahwa pada akhirnya Trump tidak akan menyerahkan kursi kepresidenan.

"Ini tidak menyenangkan dia (Trump-red) ketika kenyataan tidak sesuai dengan gambaran yang dia miliki," sebut Bolton.

"Saya tidak memperkirakan dia akan pergi dengan anggun. Saya memperkirakan dia akan pergi (meninggalkan jabatan kepresidenan-red)," tandasnya.

Beberapa bulan lalu, Bolton memicu kehebohan dengan menerbitkan buku terbarunya berjudul 'The Room Where It Happened: A White House Memoir'. Pada Juni lalu, pemerintahan Trump mengajukan gugatan hukum untuk mencegah penerbitan buku Bolton yang memuat sejumlah informasi rahasia di balik layar selama 17 bulan dirinya menjabat di Gedung Putih.

Halaman 2 dari 2
(nvc/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads