Presiden Donald Trump dikalahkan oleh penantangnya dari Demokrat, Joe Biden dalam pilpres AS 2020. Yang menarik, Trump meraih banyak suara dari para pemilih Latin di beberapa negara bagian dalam pemilihan presiden 2020 ini. Angka ini bahkan lebih tinggi daripada yang diraihnya pada pilpres tahun 2016.
Dilansir CNN dan Reuters Jumat (13/11/2020), Trump mendapat suara dari hampir setengah dari kelompok pemilih Latin di Florida, naik dari 35% pada 2016, demikian menurut survei CNN yang dirilis 4 November lalu.
Sedangkan Joe Biden memperoleh lebih dari setengah suara pemilih Latin di Florida, dibandingkan dengan 62% pemilih Latin yang mendukung capres Demokrat, Hillary Clinton pada pilpres 2016 lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Biden juga kehilangan dukungan di antara pemilih Latin di Georgia dan Ohio, negara bagian penting untuk merebut Gedung Putih.
Namun, dalam hasil awal dari Arizona, pemilih Latin menyukai Biden hampir 2 banding 1, dengan Trump nyaris tidak berpengaruh. Clinton juga memenangkan suara Latin di sana dengan mudah pada 2016.
Ketika dukungan dari kelompok Latin meningkat, Trump justru telah kehilangan beberapa dukungan di antara orang kulit putih dan beberapa pemilih yang lebih tua di Georgia, Pennsylvania dan Wisconsin, demikian menurut survei Edison.
Trump memenangkan ketiga negara bagian itu pada 2016. Survei Edison menunjukkan Trump memenangkan tujuh dari 10 pria kulit putih di Georgia, turun dari keunggulan delapan dari 10 pria kulit putih atas Clinton pada 2016. Sementara Trump memenangkan enam dari 10 pemilih yang setidaknya berusia 65 tahun di Georgia, angka itu turun dari tujuh dalam 10 pemilih, empat tahun lalu.
Seperti dilansir NPR, meningkatnya dukungan pemilih Latin untuk Trump mungkin terdengar aneh. Pasalnya, Trump adalah presiden yang menyebut para imigran Meksiko pemerkosa dan pengedar narkoba. Kepresidenan Trump juga dihantui dengan gambar anak-anak migran yang terpisah dari orang tua mereka di pusat-pusat penahanan yang penuh sesak.
Namun, menurut Geraldo Cadava, sejarawan di Universitas Northwestern, AS yang menulis buku tentang Republikan Hispanik, dukungan tersebut sejalan dengan upaya Partai Republik untuk mendapatkan dukungan para pemilih Latin selama beberapa dekade. Dikatakannya bahwa ahli-ahli strategi Partai Republik beralih ke komunitas Latin ketika mereka mulai melihat pemilih Afrika-Amerika meninggalkan partai mereka pada 1950-an dan 1960-an.
"Ini sejalan dengan pemilu-pemilu di masa lalu. Sejak kampanye pemilihan kembali Richard Nixon pada tahun 1972, Partai Republik telah memenangkan suara antara seperempat dan sepertiga suara Latin," kata Cadava, penulis buku "The Hispanic Republican: The Shaping of an American Political Identity, From Nixon to Trump".