Pemerintah Prancis akan melarang kelompok ultra-nasionalis Turki yang dikenal dengan sebutan Grey Wolves atau Serigala Abu-abu. Pengumuman ini muncul setelah sejumlah insiden baru-baru ini di Prancis yang melibatkan kelompok Serigala Abu-abu, di tengah meningkatnya ketegangan antara Prancis dan Turki dan atas konflik Nagorno-Karabakh.
Dilansir AFP, Selasa (3/11/2020) Menteri Dalam Negeri Prancis, GΓ©rald Darmanin mengatakan pembubaran Serigala Abu-abu akan diajukan ke kabinet Prancis pada Rabu (4/11).
"Sederhananya, kami berbicara tentang kelompok yang sangat agresif," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengumuman tersebut disampaikan setelah sebuah pusat peringatan di luar Lyon untuk pembunuhan massal orang-orang Armenia di Kerajaan Ottoman, yang dianggap sebagai genosida oleh Armenia dan Prancis, dirusak dengan slogan-slogan pro-Turki termasuk "Grey Wolves" dan "RTE" yang mengacu pada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Insiden di kota DΓ©cines-Charpieu itu terjadi di tengah ketegangan masyarakat di Prancis antara minoritas Armenia dan komunitas Turki atas konflik di Nagorno-Karabakh.
Turki telah sangat mendukung sekutunya Azerbaijan dalam konflik di wilayah yang merupakan bagian dari Azerbaijan, tetapi dikendalikan oleh separatis Armenia sejak perang tahun 1990-an ketika Uni Soviet pecah.
Empat orang terluka di pinggiran Lyon pada Rabu (28/10) lalu dalam bentrokan antara orang-orang yang diduga sebagai nasionalis Turki dan Armenia yang memprotes serangan militer Azerbaijan.
Langkah Darmanin ini berisiko memicu ketegangan lebih lanjut dengan Turki.
Di Turki, Serigala Abu-abu terkait erat dengan Partai Gerakan Nasionalis (MHP) pimpinan Devlet Bahceli yang memiliki aliansi politik dengan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP)-nya Erdogan.
Serigala Abu-abu dianggap sebagai sayap militan MHP dan menyebabkan kekacauan di jalan-jalan di Turki selama tahun 1970-an dan 1980-an ketika para anggotanya sering bentrok dengan aktivis kiri.