Sejumlah pemimpin dunia terlibat perseteruan usai pernyataan kontroversial Presiden Prancis Emmanuel Macron soal Islam dan kebebasan berekspresi. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menggugat politikus Belanda Geert Wilders atas tuduhan penghinaan.
Perdana Menteri (PM) Belanda, Mark Rutte membela politikus Geert Wilders yang digugat Erdogan. PM Rutte menyebut gugatan itu tidak bisa diterima dan menegaskan Belanda sangat menjunjung tinggi kebebasan berekspresi.
Perseteruan di Benua Biru itu berawal dari gugatan yang diajukan pengacara Erdogan ke jaksa di Ankara, Turki, pada Selasa (27/10/2020) waktu setempat, dan dijelaskan bahwa pengadilan Turki memiliki yurisdiksi atas gugatan ini karena penghinaan ditujukan terhadap seorang Presiden Turki.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di dalam gugatan itu, Wilders disebut telah menargetkan 'kehormatan, martabat, karakter dan reputasi' Erdogan. Selain itu, Erdogan juga menegaskan bahwa komentar Wilders tidak bisa dipandang sebagai kebebasan berekspresi.
Gugatan itu terkait dengan postingan pada akun Twitter milik Wilders pada Sabtu (24/10) lalu, yang menyertakan sebuah gambar kartun Erdogan yang memakai topi menyerupai sebuah bom dengan keterangan berbunyi 'teroris'.
![]() |
PM Rutte menyebut langkah hukum yang diambil Erdogan terhadap Wilders itu tidak bisa diterima. Dia menyatakan pemerintah Belanda akan membahas masalah ini dengan otoritas Turki.
Wilders memang dikenal sebagai salah satu politikus sayap kanan jauh di Eropa yang beraliran anti-imigran dan anti-Islam. Meskipun belum pernah menjabat dalam pemerintahan, Wilders menjadi tokoh kunci dalam perdebatan isu imigrasi di Belanda selama satu dekade terakhir.
"Saya punya pesan untuk Presiden Erdogan dan pesannya sangat sederhana. Di Belanda, kami menganggap kebebasan berekspresi sebagai salah satu nilai tertinggi. Dan kartun merupakan bagian dari itu, termasuk kartun politikus," tegas PM Rutte kepada wartawan setempat di gedung parlemen Belanda.
PM Rutte menambahkan bahwa kasus hukum 'terhadap seorang politikus Belanda yang bahkan bisa menyebabkan pembatasan kebebasan berekspresi, tidak bisa diterima'.
Erdogan juga berpolemik dengan Presiden Prancis Macron dengan menyerukan kepada rakyatnya untuk memboikot produk-produk Prancis.
"Sekarang saya menyerukan kepada bangsa kita, sebagaimana yang telah terjadi di Prancis untuk tidak membeli merek-merek Turki, maka saya menyerukan kepada bangsa saya di sini dan mulai sekarang: jangan perhatikan barang-barang berlabel Prancis, jangan beli barang-barang itu," tegas Erdogan dalam pidato di televisi pada Senin (26/10/2020).
Presiden Erdogan juga menyerukan kepada Uni Eropa untuk membatasi hal yang disebut sebagai agenda anti-Islam yang diusung Macron. Boikot produk Prancis sudah terjadi di beberapa negara Timur Tengah sebagai bentuk protes terhadap pembelaan Presiden Macron atas hak untuk menunjukkan kartun Nabi Muhammad.