Tiga wartawan di Angola yang ditangkap saat meliput protes anti-pemerintah akhir pekan ini dibebaskan. Mereka dibebaskan tanpa dakwaan.
Dilansir AFP, Selasa (27/10/2020), polisi awalnya menangkap puluhan pengunjuk rasa, termasuk jurnalis yang meliput demonstrasi yang dipusatkan di ibu kota Angola Luanda pada hari Sabtu (24/10) untuk menuntut penyelenggaraan pemilihan kepala daerah yang ditunda karena pandemi virus Corona (COVID-19).
Diwartakan AFP, 8 pekerja media dianiaya, diserang dan ditahan. Dua kontributor AFP juga menjadi sasaran, dengan 1 diserang dan sempat ditahan, sementara yang lain diperintahkan untuk menghapus rekaman video demonstrasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tiga wartawan Radio Essencial dan sopir mereka ditahan sampai dibebaskan pada hari Senin (26/10). Mereka dibebaskan tanpa dakwaan, kata Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) dan Human Rights Watch (HRW).
Koordinator Program Afrika CPJ Angela Quintal mengatakan "tidak dapat diterima bahwa jurnalis dijadikan sasaran dengan cara ini".
Dia "mendesak pemerintah Angola untuk mengizinkan jurnalis bekerja dengan bebas tanpa takut dilecehkan, diserang dan/atau ditahan".
Peneliti HRW Zenaida Machado mengatakan kepada AFP bahwa para jurnalis "seharusnya tidak pernah ditangkap". "Saya berharap pembebasan ini akan mencegah petugas polisi melecehkan dan menangkap jurnalis yang melakukan tugasnya," kata Machado.
Sementara itu, lebih dari 100 pengunjuk rasa yang masih ditahan, muncul di pengadilan dan nasib mereka diputuskan pada hari Selasa (27/10) waktu setempat. HRW telah meminta pihak berwenang di negara Afrika selatan yang kaya minyak itu untuk membebaskan semua pengunjuk rasa yang ditangkap pada akhir pekan.
(dkp/lir)