30 Tahun Dibui Secara Keliru, Pria AS Ini Ingin Trump Kalah di Pilpres

30 Tahun Dibui Secara Keliru, Pria AS Ini Ingin Trump Kalah di Pilpres

Novi Christiastuti - detikNews
Senin, 26 Okt 2020 14:00 WIB
NEW YORK, NEW YORK - JUNE 24: Anthony Ray Hinton attends
Anthony Ray Hinton (Mike Coppola/Getty Images/AFP)
Alabama -

Seorang pria kulit hitam di Alabama, Amerika Serikat (AS), sempat mendekam di penjara selama 30 tahun atas tindak pembunuhan yang tidak dilakukannya. Kini, dia mengkampanyekan penegakan keadilan, yang disebutnya hanya bisa dicapai dengan melengserkan Presiden Donald Trump melalui pilpres.

Seperti dilansir AFP, Senin (26/10/2020), Anthony Ray Hinton (64) menyebut dirinya divonis mati atas tindak pembunuhan dua pegawai restoran cepat saji dan mendekam di dalam penjara secara keliru sejak tahun 1985 silam karena dia seorang 'kulit hitam dan miskin'.

Hinton menghirup udara bebas sejak tahun 2015 setelah kasusnya disidangkan kembali dan dia dinyatakan tidak bersalah. "Rasanya seperti berjalan di atas awan," ucapnya saat bebas dari penjara dan bisa menemui kerabatnya lagi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seorang pengacara yang bernama Bryan Stevenson, yang juga pendiri Inisiatif Keadilan yang Setara (EJI), menyingkap tabir dalam kasus Hinton dengan mengungkapkan hal-hal janggal dalam kasus itu sejak tahun 1999.

Hinton berpotensi mendekam 16 tahun lagi di penjara untuk menunggu giliran eksekusi mati, sebelum akhirnya dilakukan uji balistik terbaru terkait kasusnya dan Mahkamah Agung AS melakukan intervensi hingga kasusnya disidangkan ulang.

ADVERTISEMENT

Dituturkan Hinton bahwa pengacara yang ditunjuk pengadilan untuk mewakilinya pada saat itu, menolak protesnya yang menyatakan dirinya tidak bersalah. Tidak ada bukti sidik jari yang memberatkan Hinton dalam kasus pembunuhan itu dan seorang pakar balistik yang dihadirkan dalam sidang belakangan diketahui buta sebelah sehingga keterangannya tidak valid.

Hinton dihukum karena peluru yang ditemukan di lokasi pembunuhan tampak berasal dari pistol milik ibunda Hinton, yang tinggal dengannya.

"Negara bagian Alabama, dalam satu kata, menculik saya," ucapnya. "Karena kita memiliki sebuah sistem yang, jika Anda terlahir berkulit hitam dan miskin di Amerika, maka sistem dalam melakukan banyak hal kepada Anda sesuka hati," cetus Hinton.

Mengingat kasusnya dan melihat maraknya unjuk rasa menuntut penegakan keadilan dan mengecam rasisme di AS beberapa waktu terakhir, menurut Hinton, tidaklah cukup.

"Protes terbaik, bagi saya, adalah ketika Anda pergi ke kotak suara itu pada 3 November," ucapnya. "Dan ketika Anda memprotes dengan memberikan suara, saat itulah Anda mengirimkan pesan yang keras dan jelas: Kita tidak akan lagi mendukungnya," tegas Hinton.

Disebutkan Hinton bahwa Trump 'memiliki semua kesempatan untuk mengecam rasisme, dia memiliki semua kesempatan untuk mencoba dan menyatukan warga'.

"Jika Ada, saya pikir dia telah terpecah," sebutnya. "Jika Amerika ingin bertahan hidup, kita hanya bisa bertahan jika kita melengserkannya dari jabatannya pada 3 November," cetus Hinton, mendorong warga AS untuk menggunakan hak pilih dalam pilpres.

Halaman 2 dari 2
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads