Lebih dari 50 juta warga Amerika Serikat (AS) telah menggunakan hak pilih mereka dalam pemungutan suara awal (early voting) untuk pemilihan presiden (pilpres) tahun ini, yang menghadapkan Presiden Donald Trump dengan penantangnya, Joe Biden, capres dari Partai Demokrat.
Seperti dilansir AFP, Sabtu (24/10/2020), angka tersebut memecahkan rekor untuk early voting dalam sejarah pilpres AS sebelumnya. Pemungutan suara secara nasional akan digelar serempak pada 3 November mendatang.
Mereka yang memberikan suara dalam early voting merupakan orang-orang yang mungkin ingin menghindari tempat pemungutan suara yang ramai dan antrean panjang di tengah pandemi virus Corona (COVID-19) yang masih merajalela.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kelompok pemantau pemungutan suara, US Elections Project, yang dikelola Universitas Florida, melaporkan bahwa lebih dari 35 juta orang telah memberikan suara melalui pos dan lebih dari 15 juta orang lainnya memberikan suara secara langsung dengan memasukkan surat suara di kotak-kotak (drop box) yang ditentukan.
Jumlah totalnya yang mencapai lebih dari 50 juta orang, telah melampaui angka 47 juta suara yang diberikan dalam early voting saat pilpres 2016 lalu. Angka tersebut masih mungkin bertambah karena masih ada waktu seminggu sebelum 3 November.
Aturan untuk pemungutan suara awal berbeda-beda di setiap negara bagian. Salah satu negara bagian terpadat di AS, yakni New York, baru akan menggelar early voting pada Sabtu (24/10) waktu setempat. Hal ini akan berpotensi semakin menambah total pemilih untuk early voting.
Partai Demokrat mendorong warga AS untuk menggunakan hak pilihnya dalam early voting sebagai pencegahan, dan dalam beberapa kasus, antrean panjang terpantau di lokasi-lokasi pemilih dapat menyerahkan surat suara mereka.
Beberapa waktu lalu, Trump yang tidak memberikan bukti, bersikeras menyatakan pemungutan suara via pos rawan penipuan dan kecurangan.
(nvc/rdp)