Mantan Perdana Menteri (PM) Malaysia, Mahathir Mohamad, meragukan pemimpin oposisi Anwar Ibrahim benar memiliki dukungan mayoritas di parlemen untuk merebut jabatan PM. Bahkan jika Anwar memang didukung mayoritas anggota parlemen, Mahathir menilai Malaysia akan tetap ada dalam kebuntuan politik.
Seperti dilansir Reuters, Jumat (16/10/2020), Anwar bertemu dengan Raja Malaysia atau Yang di-Pertuan Agong Al-Sultan Abdullah pada Selasa (13/10) waktu setempat, untuk membuktikan dukungan mayoritas di parlemen dalam membentuk pemerintahan baru dan mengambil alih kekuasaan dari PM Muhyiddin Yassin.
Mahathir, yang menjadi mentor Anwar dan banyak politikus top Malaysia lainnya, mengatakan bahwa bahkan dengan kepemimpinan baru, Malaysia akan tetap rentan terhadap perubahan aliansi politik, khususnya yang dipicu oleh bekas partai berkuasa, Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi situasinya sangat tidak pasti ... bagaimanapun juga, akan selalu ada situasi di mana tidak ada pemerintahan di negara ini," cetus Mahathir dalam wawancara dengan Reuters di kantornya di Kuala Lumpur.
Mahathir, dengan dukungan Anwar, meraih kemenangan bersejarah dalam pemilu tahun 2018, yang mengakhiri dominasi UMNO selama enam dekade terakhir. Namun pemerintahannya runtuh pada awal tahun ini setelah terjadi pertikaian politik di kalangan internal, yang membuka jalan bagi Muhyiddin untuk menempati jabatan PM Malaysia pada Maret lalu dengan didukung UMNO.
Pemerintahan Muhyiddin yang baru berusia 7 bulan berhasil mempertahankan dominasi di parlemen atau Dewan Rakyat Malaysia, dengan unggul dua kursi dari total 222 kursi parlemen.
Mahathir menegaskan dirinya tidak mendukung Anwar atau Muhyiddin. Politikus veteran berusia 94 tahun ini bersama lima anggota parlemen lainnya dari Partai Pejuang yang baru didirikannya, telah mengajukan mosi tidak percaya terhadap pemerintahan PM Muhyiddin pada Jumat (16/10) waktu setempat.