Televisi nasional China menayangkan serangkaian laporan dugaan spionase yang menyertakan dugaan pengakuan dari dua warga Taiwan yang kini ditahan China. Otoritas Taiwan membantah laporan itu dan balik menuduh China 'menciptakan teror'.
Seperti dilansir AFP, Selasa (13/10/2020), laporan televisi nasional China, CCTV, menyebut agen keamanan Beijing telah menindak 'ratusan' kasus spionase terkait Taiwan dan menangkap 'sekelompok mata-mata (asal) Taiwan dan kaki tangan mereka'.
Pada Senin (12/10) malam waktu setempat, CCTV menayangkan dugaan pengakuan oleh seorang pria bernama Cheng Yu-Chin, yang diidentifikasi sebagai ajudan untuk mantan ketua partai yang berkuasa di Taiwan. Laporan itu menuduh Cheng direkrut oleh intelijen Taiwan saat tinggal di Republik Ceko.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seorang pria Taiwan lainnya bernama Lee Meng-Chu tampil dalam program acara CCTV pada Minggu (11/10) waktu setempat. Dalam acara itu, Lee mengatakan dirinya telah merekam latihan militer di China daratan, tahun lalu.
Pada Selasa (13/10) waktu setempat, Perdana Menteri (PM) Su Tseng-chang membantah tuduhan spionase itu dan menyebutnya sebagai kampanye kotor.
"China merupakan sebuah negara otoriter dan selalu melakukan hal-hal seperti itu untuk menyusup dan menyabotase," tegas PM Su kepada wartawan setempat.
"Mereka melakukannya sendiri, jadi mereka pikir yang lain juga melakukannya... China tidak perlu begitu paranoid," imbuhnya dengan nada menyindir.
Tonton juga video 'Taiwan Desak China Beberkan Detail Wabah Virus Korona Baru':
Dalam pernyataan terpisah, Kementerian Luar Negeri Taiwan menggambarkan tuduhan mata-mata terhadap Cheng itu sebagai 'sengaja dibuat dengan motif tersembunyi dan sebagai pelanggaran hak asasi manusia'. Ditekankan Kementerian Luar Negeri Taiwan bahwa Cheng dikenal sebagai pendukung vokal investasi China di Republik Ceko.
Tidak diketahui kapan dan di mana Cheng ditangkap. Namun penampilannya di televisi China dilakukan beberapa pekan setelah sekelompok politikus Ceko datang mengunjungi Taiwan -- kunjungan yang membuat marah Beijing.
Sementara Lee diketahui ditahan sejak Agustus 2019 di Shenzhen dan ditahan tanpa komunikasi sejak saat itu.
Diketahui bahwa beberapa warga Taiwan menghilang dalam tahanan China karena dituduh melakukan berbagai kejahatan anti-negara dalam kasus-kasus yang memicu protes. Sistem peradilan China yang otoriter terkenal buram dan tunduk pada Partai Komunis China. Kelompok-kelompok HAM menyebut pengakuan paksa dan pengakuan di televisi merupakan praktik yang umum di China.