Calon presiden (capres) petahana Amerika Serikat (AS), Donald Trump dan penantangnya, Joe Biden, dari Partai Demokrat akan berhadapan untuk pertama kalinya dalam debat capres pada Selasa (29/9) malam waktu setempat. Ini merupakan debat pertama dari total tiga debat capres yang dijadwalkan untuk keduanya.
Seperti dilansir Reuters, Selasa (29/9/2020), pertaruhannya sangat besar bagi kedua capres dengan lebih dari 1 juta warga AS telah menggunakan hak suaranya lebih awal dan waktu hampir habis untuk mengubah pikiran atau untuk mempengaruhi kalangan pemilih yang belum menentukan. Debat perdana ini digelar sekitar lima minggu sebelum pemilihan presiden (pilpres) AS digelar 3 November mendatang.
Trump yang berapi-api dan Biden yang lebih tenang akan memperdebatkan serangkaian tantangan politik mendesak, termasuk soal pandemi virus Corona (COVID-19) yang menewaskan lebih dari 200 ribu orang di AS dan membuat jutaan orang kehilangan pekerjaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perdebatan juga akan menyangkut soal kandidat hakim agung, Amy Coney Barrett, yang baru saja dipilih Trump untuk menggantikan Ruth Bader Ginsburg yang tutup usia. Tidak ketinggalan juga isu unjuk rasa menuntut keadilan sosial dan memprotes kebrutalan polisi yang marak di berbagai kota AS.
Isu terbaru yang bisa menjadi perdebatan antara kedua capres muncul pada Minggu (20/9) waktu setempat, saat media terkemuka AS, New York Times (NYT), melaporkan bahwa Trump hanya membayar US$ 750 sebagai pajak pendapatan federal pada tahun 2016 dan 2017, dan tidak membayar pajak sama sekali selama 10 tahun dari 15 tahun terakhir.
Debat capres perdana ini digelar di Case Western Reserve University, Cleveland, dengan dihadiri penonton terbatas dan diwarnai penerapan social distancing ketat karena pandemi Corona. Debat dimulai pukul 21.00 waktu AS atau pada Rabu (30/9) pagi, sekitar pukul 08.00 WIB. Debat akan berlangsung selama 90 menit. Chris Wallace dari Fox News akan menjadi moderator dalam debat capres perdana ini.
Debat capres pertama ini akan dibagi menjadi enam segmen, yang terdiri atas rekam jejak Trump dan Biden, isu Mahkamah Agung, soal pandemi Corona, isu perekonomian, soal integritas pemilu dan soal 'ras dan kekerasan' di kota-kota AS.
Seorang ajudan Gedung Putih yang enggan disebut namanya menuturkan bahwa Trump (74) akan secara agresif menantang rekam jejak Biden dalam berbagai isu, seperti isu perdagangan, energi dan pajak. Menurut ajudan ini, Trump siap membela dirinya soal laporan pajaknya.
Trump yang berulang kali melontarkan keraguan atas integritas pemilu, kemungkinan akan menghadapi pertanyaan soal penolakannya untuk berkomitmen menerima hasil pilpres jika dirinya kalah dari Biden.
Sementara itu, menurut sumber yang akan dengan strategi tim Biden, mantan Wakil Presiden AS itu akan menguraikan di mana Trump telah gagal memenuhi janji-janinya sendiri. Biden juga disebut akan menekan kritikannya terhadap cara penanganan Trump terhadap pandemi Corona dan menyoroti upaya Trump untuk menghapus Undang-undang Perawatan Terjangkau atau yang dikenal sebagai Obamacare.
Pakar strategis menilai, debat perdana ini bisa menjadi penting bagi Biden karena memberinya kesempatan untuk membuktikan bahwa dirinya mampu memimpin di Ruang Oval dan bisa mengakhiri kekacauan pada periode pertama kepemimpinan Trump.
Dalam survei nasional, Biden secara konsisten unggul atas Trump. Meskipun survei di negara-negara bagian yang menjadi area perebutan suara menunjukkan persaingan ketat antara kedua capres. Sekitar 9 persen pemilih di AS saat ini diketahui menyatakan tidak mendukung salah satu capres partai besar.
"Para pemilih telah mengambil keputusan soal Donald Trump. Mereka masih belum yakin soal Joe Biden," sebut pakar strategis Partai Republik, Alex Conant, dalam analisisnya. "Jika Biden masuk dan menunjukkan dirinya tidak menakutkan bagi kalangan pendukung independen dan mampu melakukan tugasnya, dia akan membantu dirinya sendiri secara signifikan," cetusnya.