Pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny kini kembali pulih usai diduga diracun bulan lalu. Dia pulih lebih cepat dari yang diharapkan. Hal ini disampaikan oleh salah satu asisten Navalny.
Dilansir Associated Press, Seni (28/9/2020) Navalny, yang pingsan di pesawat dari Siberia ke Moskow pada 20 Agustus dan menghabiskan hampir tiga minggu dalam keadaan koma, dipulangkan minggu lalu dari rumah sakit Berlin, Jerman tempat dia dirawat. Dokternya mengatakan bahwa berdasarkan kemajuan Navalny, "pemulihan total mungkin dilakukan".
"Dia melakukannya jauh lebih baik, menurut saya ternyata jauh lebih baik," kata Leonid Volkov, kepala staf Navalny, kepada penyiar RTL Jerman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Menurut saya pemulihannya benar-benar lebih cepat dari yang diharapkan, dan tentunya ini adalah kabar baik yang membuat kami sangat bahagia," imbuhnya.
Volkov mengatakan, Navalny, musuh lama Presiden Rusia Vladimir Putin, saat ini masih menjalani perawatan rawat jalan dan tetap di bawah perlindungan ketat.
"Saya pribadi tidak berpikir bahwa serangan lain dapat terjadi di Berlin," katanya. "Dia dijaga cukup ketat," imbuhnya.
Otoritas Jerman mengatakan Navalny diracun dengan zat saraf yang kuat dan meminta Rusia untuk menyelidiki serangan yang terjadi di wilayahnya.
Kehadiran agen saraf era Uni Soviet, Novichok dalam sampel Navalny dikuatkan oleh laboratorium di Prancis dan Swedia. Tetapi Rusia telah menolak tekanan internasional untuk melakukan penyelidikan kriminal, dengan mengatakan tesnya sendiri tidak menemukan jejak zat beracun dalam tubuh pemimpin oposisi tersebut.
Keracunan itu "memiliki begitu banyak konsekuensi negatif bagi Kremlin," kata Volkov, seraya menambahkan bahwa menurut pendapatnya, percobaan pembunuhan tidak mungkin terjadi tanpa persetujuan Putin.
Navalny mengatakan bahwa dia bermaksud kembali ke Rusia untuk melanjutkan pekerjaannya.
"Dia memahami risikonya dengan cukup baik, dan kami harus memikirkan bagaimana dia bisa terus tinggal di Rusia," kata Volkov kepada RTL. "Ini tidak akan mudah dan banyak hal akan berubah, tentunya, untuk mengurangi kemungkinan serangan kedua," ujarnya.