Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, menuduh China secara sengaja mengobarkan ketegangan di kawasan Asia Timur. Tuduhan ini dilontarkan Presiden Tsai setelah nyaris 40 pesawat tempur China melanggar garis tengah Selat Taiwan yang sensitif pada Jumat (18/9) dan Sabtu (19/9) lalu.
"Apa yang kita lihat sekarang bukan hanya situasi di Selat Taiwan, tapi situasi kawasan. Aktivitas militer China baru-baru ini, terutama dalam beberapa hari terakhir, jelas merupakan ancaman kekuatan, yang merupakan bagian dari serangan verbal dan ancaman militer (terhadap Taiwan)," tegas Presiden Tsai seperti dilansir CNN, Selasa (22/9/2020).
Peningkatan aktivitas militer China terjadi saat Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) untuk Urusan Ekonomi, Energi dan Lingkungan, Keith Krach, berkunjung ke Taipei. Kunjungan Krach selama tiga hari itu dikecam oleh China. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China menuntut kedua belah pihak 'segera menghentikan' pertukaran resmi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
China semakin geram dengan makin menghangatnya hubungan antara Taiwan dan AS. Negara ini lantas meningkatkan latihan militer di perairan sekitar Taiwan, yang dianggap sebagai bagian tak terpisahkan dari China.
Garis tengah di Selat Taiwan merupakan kontrol perbatasan informal, namun selama ini selalu dihormati oleh Taiwan maupun China.
Menurut laporan pemerintah Taiwan dan AS, sebelum akhir pekan lalu, tercatat hanya tiga kali pesawat tempur China secara sengaja melanggar garis tengah tersebut sejak tahun 1999. Pertama kali terjadi pada Maret 2019, yang kedua terjadi pada Februari tahun ini dan yang ketiga terjadi pada Agustus lalu saat Menteri Kesehatan dan Layanan Manusia AS, Alex Azar, berkunjung ke Taipei.
Pada Jumat (18/9) dan Sabtu (19/9) lalu, menurut data Kementerian Pertahanan Taiwan, total 37 pesawat tempur China yang merupakan campuran dari pesawat pengebom H-6, jet tempur J-10, J-11 dan J-16 dan sebuah pesawat perang antikapal selam Y-8, melanggar garis tengah Selat Taiwan.
Dengan kata lain, dalam dua hari itu setidaknya 37 kali pesawat tempur China melanggar garis tengah Selat Taiwan.
Kementerian Pertahanan Taiwan dalam pernyataannya menyatakan bahwa pihaknya 'mengeluarkan peringatan radio, mengerahkan jet tempur dan mengerahkan sistem rudal pertahanan udara untuk memantau aktivitas tersebut'.
Dalam pernyataannya, Presiden Tsai menyatakan bahwa tindakan semacam itu akan membuat negara-negara lain di kawasan yang sama 'lebih waspada akan ancaman yang diberikan China'.
Pada Senin (21/9) waktu setempat, otoritas China menegaskan bahwa militernya beroperasi secara legal. "Taiwan adalah bagian tak terpisahkan dari wilayah China, dan tidak ada yang namanya garis tengah," tegas juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin.