Puluhan orang menggelar aksi protes di Bahrain terhadap normalisasi hubungan pemerintah negara tersebut dengan Israel. Aksi demo seperti ini jarang terjadi di kerajaan kecil kaya minyak itu.
Dalam rekaman video yang beredar, yang diverifikasi oleh koresponden AFP di wilayah Teluk, menunjukkan demonstran mengibarkan bendera Bahrain dan Palestina di desa berpenduduk Syiah Abu-Saiba, dekat ibu kota Manama pada Jumat (18/9) waktu setempat.
Para demonstran seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (19/9/2020) meneriakkan "Normalisasi adalah pengkhianatan" saat mereka turun ke jalan-jalan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahrain dan Uni Emirat Arab (UEA) pada Selasa (15/9) menandatangani kesepakatan normalisasi dengan Israel di Gedung Putih, Washington, AS. Kesepakatan yang didukung AS itu melanggar konsensus Arab selama puluhan tahun bahwa tidak akan ada hubungan dengan negara Yahudi itu sampai negara itu berdamai dengan Palestina.
Sebelum Bahrain dan UEA, satu-satunya negara Arab yang menjalin hubungan dengan Israel adalah Mesir pada 1979 dan Yordania pada 1994.
Baik Bahrain dan UEA, memiliki kesamaan dengan Israel dalam hal sikap kebijakan luar negeri yang sangat anti-Iran dan Teheran telah mengecam langkah normalisasi tersebut.
Tetapi tidak seperti di UEA, penentangan terhadap normalisasi berjalan lebih jauh di Bahrain, yang memiliki sejarah politik terbuka dan gerakan masyarakat sipil.
Setelah aksi protes Musim Semi Arab pada tahun 2011, monarki Sunni menuduh ribuan pembangkang dari mayoritas Syiah menerima instruksi mereka dari Iran.
Ratusan warga Bahrain sejak itu dipenjara dan beberapa dicabut kewarganegaraan mereka karena apa yang dikatakan pemerintah sebagai "terorisme" terkait dengan Iran.
Sejak 2011, protes sangat jarang terjadi dan ditanggapi dengan keras oleh pasukan keamanan.
(ita/ita)